Saturday, 3 November 2012

MAJAS PERTAUTAN DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA


A.    PENDAHULUAN
Penggunaan majas sering kita jumpai ketika membaca sebuah novel atau karangan yang berbentuk tulisan. Majas sering digunakan seorang penulis untuk memperindah karyanya. Agar pesan tersirat yang ada di dalam karangannya dapat tersampaikan kepada pembaca. Dengan kata lain majas mampu menjadikan suatu karya menjadi lebih hidup dan lebih indah bagi pembaca.
Selain memperindah karya, majas juga dapat menjadi ranjau bagi penulisnya. Bagi pembaca awam yang kurang paham mengenai penggunaan majas, justru akan dibuat bingung ketika membaca novel atau karangan yang berbentuk tulisan yang banyak menggunakan majas. Banyak kita jumpai seorang penulis terbuai dalam permainan kata-kata yang indah. Hingga dia melupakan pembacanya, apakah mampu memahami tulisannya atau tidak.
Makalah ini ditulis untuk membantu pembaca awam yang belum paham akan penggunaan majas dalam novel “Sebelas Patriot” karya Andrea Hirata. Seorang novelis yang namanya sudah terkenal baik di dalam maupun luar negeri karena karya-karyanya yang luar biasa. Sebagai seorang novelis yang hebat, tentu Andrea Hirata sering menggunakan majas dalam karyanya. Seorang pembaca awam dapat dibuat bingung dengan permainan kata-katanya yang indah. Harapan dari penulis makalah ini, untuk membantu dan memahamkan para pembaca awam, ketika membaca novel yang banyak mengandung majas.











B.     PERMASALAHAN
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai majas pertautan yang ada di dalam novel “Sebelas Patriot” karya Andrea Hirata. Pembahasan yang akan dibahas antara lain:
1.      Bagaimana penggunaan Majas Pertautan dalam novel “Sebelas Patriot” karya Andrea Hirata?
2.      Bagaimana makna dari penggunaan Majas pertautan dalam novel “Sebelas Patriot” karya Andrea Hirata?























C.    KAJIAN TEORI
1.      Makna Kiasan
Makna Kiasan (transferred meaning, figurative meaning) adalah pemakaian leksem dengan makna yang tidak sebenarnya. Misal, mahkota wanita yang berarti ‘rambut wanita’.(Sarwiji Suwandi 2011: 117).
2.      Majas
Dalam pengertian sehari-hari, bahwa majas adalah Gaya Bahasa, namun teryata, pengertian yang selama ini kita ketahui tersebut adalah salah kaprah. Pengertian yang sebernarnya dari majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik. Majas dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Majas perulangan
b. Majas perbandingan
c. Majas pertentangan
d. Majas pertautan.
3.    Majas Pertautan
Majas pertautan sendiri menurut Anton M. Moeliono dalam bukunya Kembara Bahasa digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:
a.       Metonimia
b.      Sinekdoke
c.       Kilatan atau alusio
d.      Eufemisme.
Metonimia adalah majas yang berupa pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditaukan dengan orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya, atau pun kita menyebut bahannya juka yang kita maksudkan adalah barangnya. Misalnya, Agus hanya mendapat perunggu. Kata perunggu dapat dimaknai sebagai medali perunggu yang biasanya diperuntukkan orang yang menjadi juara ketiga dalam perlombaan.
Sinekdoke ialah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya. Sinekdoke terbagi menjadi dua jenis yakni sinekdoke pars pro toto (pengungkapan sebagian dari objek yang mewakili seluruh objek misal, ia belum kelihatan batang hidungnya). Dan sinekdoke totem pro parte (pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian dari objek misal, Indonesia bertanding Volly melawan Thailand).
Kilasan atau alusio yakni majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang pembaca dan adanya kemampuan pada pembaca untuk menangkap pengacuan itu. Misalnya, apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi? Sudah banyak orang mengetahui peristiwa Madiun yang dimaksud adalah pemberontakan komunis yang ada di Madiun.
Eufemisme ialah ungkapan halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan, atau yang tidak menyenangkan. Misal, wafat, tunarungu, tinja, bersanggama. Eufemisme juga dapat melemahkan diksinya misal, dibebastugaskan, kemungkinan kekurangan makan.








D.    PEMBAHASAN
1.      Penemuan majas pertautan dan makna majas pertautan dalam novel “Sebelas Patriot” karya Andrea hirata.
a.       Majas metonimia
1)            Tim ini semacam Belanda united, yakni gabungan para ambtenaar dilingkungan meskapai timah Belitong (hal 14). Makna dari ambtenaar yang dimaksud adalah seorang pekerja di meskapai timah Belitong.
2)            Sekarang aku paham, kenapa ayah sangat gemar menonton sepakbola dan selalu menjadi pendukung setia PSSI, begitu pula aku (hal 34). Makna dari PSSI adalah timnas sepakbola Indonesia.
3)            Kemudian saya melesat di sayap kiri sebagai pemain yang cukup menjanjikan (hal 41). Makna dari sayap kiri adalah pemain sepakbola yang memiliki posisi sebagai pemain sayap yang terletak dikiri lapangan.
4)            Kepada Pelatih Toharun aku mohon petuah bagaimana agar tendangan kaki kiriku menggelegar, agar macam tendangan kaki kiri halilintar milik ayahku dulu (hal 42). Makna dari kata halilintar tersebut adalah tendangan yang sangat keras.
5)            Pada masa yang lampau, aku pernah menjadi seorang pahlawan di lapangan hijau (hal 63). Makna dari lapangan hijau adalah lapangan sepakbola.
6)            Santiago Bernabeu jauh lebih besar dari yang kubayangkan (hal 71). Makna dari Santiago Bernabeu adalah stadion yang dimiliki oleh tim sepakbola Real Madrid.
7)            Teringat semua itu, kesusahan di Nou Camp tak ada artinya bagiku (hal 82). Makna dari Nou Camp adalah tempat dimana tim sepakbola Barcelona berlatih.
8)            “bagaimana kau bisa menjadi seorang madridistas?”(hal 87). Makna dari madridistas adalah fans berat yang mendukung tim sepakbola Real Madrid.
b.      Majas sinekdoke
1)            Jika melawan Belanda, dia melihat luncus seperti baru berjumpa lagi dengan saudara jauh yang telah puluhan tahun merantau (hal 13). Makna dari kata belanda adalah pemain catur yang berasal dari Belanda bukan semua orang Belanda. Termasuk dalam sinekdok totem pro parte.
2)            Sebaliknya, Belanda memerintahkan pribumi untuk berkelahi sesama mereka dalam pertandingan gulat (hal 13). Pribumi yang dimaksud adalah salah seorang pekerja tambang yang bermain gulat. Termasuk dalam sinekdok totem proparte.
3)            Meniru gaya ayah dulu ketika mencetak gol mengalahkan Belanda (hal 51). Belanda yang dimaksud adalah tim sepakbola yang melawan Belanda bukan semua orang Belanda. Termasuk dalam majas sinekdok totem proparte.
4)            Hatiku terendam karena merindukan ayah (hal 100). Hatiku mewakili sebagai keseluruhan dari tokoh utama. Termasuk kedalam majas sinekdok pars pro toto.
c.       Majas alusio
1)            Dalam putaran kerakusan nan dahsyat itu anak-anak lelaki melayu di bawah umur diseret ke parit-parit tambang untuk kerja rodi (hal 4). Kerja rodi memiliki makna peristiwa kerja paksa yang diperintahkan kepada warga pribumi untuk bekerja tanpa bayaran.
d.      Majas eufemisme
1)            Park Ma Yhun dibangkucadangkan oleh pelatih Park Il Ham (hal 65). Makna dari dibangkucadangkan adalah tidak memainkan pemain tersebut. Kata ini dinilai lebih halus daripada tidak memainkan yang terkesan kejam.







E.     SIMPULAN DAN SARAN
Dalam novel “Sebelas Patriot” karya Andrea Hirata, sang penulis banyak menggunakan majas pertautan yang termasuk kedalam golongan majas pertautan metonimia. Majas ini termasuk yang mudah dipahami karena sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan majas metonimia yang terkesan mendominasi di dalam novel ini sangat membantu pembaca awam dalam memahami isi cerita.

















DAFTAR PUSTAKA
Hirata, Andrea. 2011. Sebelas Patriot. Yogyakarta: Bentang Pustaka
Keraf, Gorys. 2002. Diksidan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sadikin, Muhammad. Ejaan Yang Disempurnakan. Bekasi: Laskar Aksara
Suwandi, Sarwiji. 2011. Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa.


2 comments:

  1. Replies
    1. silahkan dibaca gann! apabila ada masukan saya sangat senang menerimanya!hee,,,

      Delete