Wednesday, 18 January 2012

Tugas Dasar-Dasar Komposisi


PENGAJARAN BAHASA INDONESIA YANG SALAH


MAKALAH DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH DASAR – DASAR KOMPOSISI
Dosen Pengampu       : Drs. Edy Suryanto, M.Pd
Oleh    :
Firman Indrastomo
K1211023
Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar belakang masalah
Pola pengajaran bahasa dewasa  ini banyak memiliki kesalahan. Bukan dari siswa yang kurang memahami tentang bahasa, akan tetapi berasal dari para pengajar bahasa yang sering melakukan kesalahan yang parah. Banayak dari pengajar bahasa yang kurang memahami bagaimana cara mengajar bahasa disekolah. Mereka hanya asal-asalan dalam mengajarkannya. Masih sering menggunakan dialek-dialek dari daerahnya yang sebenarnya itu tidak boleh digunakan di kalangan pendidikan. Pengajar bahasa harus menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang baik dan benar tentunya menurut kaidah-kaidah dan standar yang berlaku. Sebagaimana yang tercantum di dalam tata bahasa. Bahasa guru mestinya bukan menggunakan bahasa yang di sisipi kata-kata asing atau menggunakan dialek daerah yang sulit dipahami.
Kurangnya pemahaman para pengajar bahasa tentang bagaimana cara mengajar bahasa indonesia yang baik dan benar menjadi masalah yang harus segera diselesaikan. Kesalahan yang terjadi bisa menyebabkan hilangnya kaidah-kaidah bahasa. Murid akan terlanjur menggunakan bahasa yang salah itu di dalam kehidupannya dan tentunya sulit untuk dihilangkan, sebab pengajaran bahasa yang diperoleh sejak dari sekolah dasar sudah banyak terjadi kesalahan.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat berbagai permasalahan:
1.      Bagaimana seharusnya pengajaran bahasa di tingkat sekolah?
2.      Bagaimana cara memberikan pemahaman terhadap para pengajar bahasa tentang penggunaan bahasa baku?





BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
            Pengajaran bahasa di sekolah seharusnya menggunakan bahasa yang baku, baik dan benar. Para pengajar bahasa seharusnya menjadi panutan para anak didiknya. Apabila para pengajar bahasa sering menggunakan bahasa yang salah dapat dipastikan anak didiknya juga akan menggunakan bahasa yang salah. Bahasa baku sendiri mempunyai fungsi yang baik seperti yang dijelaskan Anton M. Muliono dalam makalahnya yang berjudul “Ciri-ciri Bahasa Indonesia yang Baku” menyatakan fungsi bahasa baku yaitu fungsi penanda kepribadian, fungsi penambah kewibawaan, fungsi pemisah, dan fungsi sebagai kerangka.
Yang dimaksud dengan fungsi penanda kepribadian adalah kesanggupan bahasa baku untuk menghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan fungsi penambah kewibawaan adalah bahwa pemakai ragam baku itu akan memiliki kewibawaan yang lebih tinggi daripada yang tidak dapat menggunakannya, sebab ragam bahasa baku biasanya tidak dapat dipelajari dari lingkungan keluarga atau lingkungan hidup sehari-hari. Fishman (1970) mengatakan bahwa ragam bahasa baku mencerminkan cahaya kemuliaan, sejarah, dan keunikan seluruh rakyat. Yang dimaksud dengan fungsi pemisah adalah bahwa ragam bahasa baku itu dapat memisahkan atau membedakan penggunaan ragam bahasa tersebut untuk situasi yang formal dan yang tidak formal.  Yang dimaksud dengan fungsi sebagai kerangka acuan adalah bahwa ragam bahasa baku itu akan dijadikan tolak ukur untuk norma pemakaian bahasa yang baik dan benar secara umum.
Dari penjelasan beberapa fungsi tentang bahasa baku di atas dapat disimpulkan bahwa para pengajar bahasa harus bisa menggunakan bahasa baku dengan benar dan sesuai kaidah-kaidah bahasa indonesia. Para pengajar bahasa harus mampu memberikan dan mencontohkan bagaimana cara menggunakan bahasa baku kepada anak didiknya.




Cara memberikan pemahaman kepada para pengajar bahasa di sekolah bisa dilakukan dengan memberitahu tentang etika penggunaan bahasa baku dan bagaimana kita harus menyesuaikannya seperti yang diungkapkan Hymnes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan penggunaan bahasa itu harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan dengan SPEAKING, yakni :
·              Setting and scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan.
·              Participants, yaitu orang yang terlibat dalam percakapan itu.
·              Ends,yaitu maksud dan hasil percakapan.
·              Act sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.
·              Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.
·              Instrumentalities, yaitu menunjuk pada jalur pada percakapan itu apakah secara lisan atau bukan.
·              Norms, yaitu menunjuk pada norma atau perilaku peserta percakapan.
·              Genres, yaitu menunjuk pada ragambahasa yang digunakan.

Setelah para pengajar bahasa mengetahui dan memahami unsur-unsur diatas diharapkan para pengajar bahasa mampu menerapkannya dan lebih hati-hati ketika memberikan pengajaran bahasa terhadap anak didiknya. Apabila semua itu dapat terwujud dan bisa dilakukan kesalahan- kesalahan yang terjadi saat ini bisa lebih di kurangi sedikit demi sedikit.












BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari beberapa masalah diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran bahasa yang baik dan benar sejak dini sangat diperlukan untuk menjadikan para generasi penerus bangsa mengetahui akan pentingnnya bahasa baku dalam kehidupan dimasyarakat.
Para pengajar bahasa diharapkan mampu memberikan contoh yang baik dan benar agar para anak didiknya bisa menirukan dan mempraktekkannya dalam kehidupan. Pengetahuan akan pentingnya bahasa baku harus disosialisasikan kepada para pengajar bahasa di sekolah-sekolah agar mereka tidak menggunakan bahasa yang seenaknya saja.
















DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003 .tata bahasa baku bahasa indonesia , Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 1994 . Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta.
Kunardi. 2005.  Pembinaan Pemakaian Bahasa Indonesia, Surakarta: UNS Press.
www.situsbahasa.info 3 november 2011 (20.30 WIB)

No comments:

Post a Comment