BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah
Kritik sastra merupakan sebuah upaya
untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Sastra
merupakan dunia imajiner yang sudah barang pasti menghasilkan makna multitafsir
pada setiap bentuknya. Tidak terkecuali dengan cerpen, cerpen merupakan sebuah
karya sastra yang berupa narasi atau cerita. Cerpen dapat berbentuk cerita fiksi
atau rekaan dan non fiksi atau yang sesuai dengan kenyataan.
Untuk memahami sebuah bentuk cerpen
tentu tidak mudah. Kita harus memahami dahulu karakteristik penulis cerpen
tersebut agar bisa mengetahui jiwa dari cerpen yang dibuatnya. Setiap penulis
tentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Mereka
mempunyai gaya tersendiri dalam menyampaikan pikiran melalui bentuk tulisan.
Ada yang cara menyampaikannya secara sindiran, dan adapula yang menyampaikannya
secara terang-terangan. Hal ini tentu sah-sah saja didalam sebuah bentuk karya
sastra. Karena bagaimanapun juga sastra adalah dunia imajiner yang hasil
karyanya sesuai dengan hati dan kreatifitas penulisnya.
Kekreativitasan penulis dalam menuangkan
pikiran tanpa ada batasan tentu membuat pembaca awam merasa kebingungan. Maka,
di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai makna dari sebuah hasil karya
sastra berupa cerpen karangan salah satu maestro cerpenis Indonesia Djenar
Mahesa Ayu yang berjudul LINTAH. Cerpen “LINTAH” adalah cerpen karya Djenar
yang sangat populer, cerpen ini juga dimuat didalam harian Kompas pada tahun
2002. Cerpen “LINTAH” adalah karya pertama dari Djenar beraliran feminisme yang
kebanyakan berisi tentang perempuan dan seksualitas.
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimanakah
makna yang terkandung di dalam cerpen
“LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu?
2. Apakah
kekurangan dan kelebihan cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
- Makna yang terkandung didalam cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu.
Telah tersebut diatas, cerpen “LINTAH”
adalah karya cerpenis Indonesia Djenar mahesa Ayu yang dimuat diharian kompas
pada tahun 2002. Untuk mengkaji sebuah makna yang terkandung di dalam sebuah
karya sastra, tentu ada baiknya kita mengenal dahulu siapa pembuatnya. Djenar
Mahesa Ayu adalah cerpenis Indonesia kelahiran Jakarta tanggal 14 Januari 1973.
Djenar merupakan penulis cerpen feminisme yang konsisten dengan karyanya. Sudah
bermacam-macam karya dibuatnya mulai dari cerpen, novel, hingga film layar
lebar.
Djenar termasuk salah satu penulis
kontroversial di Indonesia. Bahasa dan gaya kepenulisan Djenar dalam mengutarakan isi hatinya dinilai
banyak orang terlalu kasar dan bahkan terkesan “jijik” bagi sebagian penikmat
sastra. Bisa dibilang karya Djenar ini lebih merujuk kesebuah karya yang
bersifat pornografi. Karena bahasa yang digunakan terlalu fulgar, banyak orang
yang mengkritik karya Djenar mulai dari aktivis-aktivis agama sampai para
sastrawan sendiri. Sastrawan yang mengkritik karya Djenar kebanyakan dari golongan
agamis, yang menganggap gaya bahasa Djenar tidak sopan bila dengan budaya adat
ketimuran.
Melupakan
pandangan negatif mengenai sosok Djenar, tulisan-tulisan Djenar memang
kebanyakan sesuai dengan kenyataan. Tema-tema yang dimasukkan dalam karyanya memiliki
makna yang sangat dalam. Tak terkecuali cerpen “LINTAH” ini, dari segi judul,
Djenar sungguh hebat dalam membuat judul cerpennya. Judul yang membuat menjadi
penasaran dan ingin membacanya. Sampai sekarangpun judul cerpen dari Djenar
Maesa selalu membuat pembaca penasaran. Djenar tahu benar bahwa judul memiliki
pengaruh yang sangat besar untuk menarik pembaca. Dengan judul “LINTAH” sudah
pasti pembaca penasaran akan isi dari cerpen tersebut.
Cerpen “LINTAH” karya
Djenar ini menceritakan tentang penderitaan seorang anak perempuan korban
penindasan antara ibu dan pacarnya. Karena terlalu bencinya sosok saya dalam
cerpen ini terhadap pacar ibu, tokoh saya menyebut pacar ibu dengan sebutan
lintah ”ibu saya memelihara seekor lintah.
Melalui penggambaran dengan menggunakan hewan lintah ini, pembaca sedikit
dimudahkan untuk memahami maksud cerita. ”.
Seperti yang kita ketahui, lintah merupakan hewan air yang sering mengisap
darah. Jadi isi dari cerpen ini akan lebih banyak menceritakan kisah
penderitaan. Cerpen yang bertokohkan Ibu, Anak (saya) dan Lintah ini mempunyai
karakteristik sifat yang berbeda-beda. Disini Djenar menceritakan “ LINTAH “
yang memiliki sifat tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, seenak
hatinya saja , kurang ajar, pandai menarik hati, suka tertawa di atas
penderitaan orang. Sedangkan tokoh Ibu memiliki sifat yang sangat penyayang
terutama pada Lintah tapi tidak pada Saya. Penderitaan
yang dialami oleh tokoh saya dalam cerpen ini sungguh sangat mengharukan, mulai
dari tekanan batin menghadapi kelakuan lintah terhadap dirinya sampai
terpengaruhnya ibu dari tipu daya tokoh lintah “Ibu tidak percaya semua pengaduan yang saya utarakan. Yah… lintah ini
memang sangat pandai menarik hati Ibu. Setiap Ibu pulang kerja, lintah duduk
manis di dalam rumahnya. Lalu Ibu akan mengecupnya mesra dan membawanya masuk
ke dalam kamarnya.” Dari penggalan ini tentu membuktikan bahwa ibu sudah
terpengaruh dengan tipu daya lintah.
Sosok saya yang amat
membenci tentang kehadiran lintah dirumahnya “Saya penyayang binatang. Namun saya sangat benci kepada lintah. Lintah
tidak pernah puas atas apa yang dimilikinya.” Menjadi terpukul karena
hadirnya lintah dirumahnya. Ia sangat takut melihat lintah berada dirumahnya,
bahkan suatu hari tokoh lintah ini sembunyi-sembunyi mengintip apa yang sedang
dilakukan ibu dengan lintah dikamarnya. Sosok lintah yang berada dikamar ibu
ternyata berubah menjadi sosok ular merah menyala yang siap menerkam mangsanya.
Karena karakter Djenar yang lebih menjurus kearah seksualitas, kalimat ini
dapat bermakna bahwa sosok lintah adalah sosok pria yang gagah yang hendak
bersenggama dengan ibu “Saya sangat jijik
melihatnya. Namun Ibu dengan rakusnya menelan habis liur ular besar itu tanpa
menyisakan satu tetes pun!” hal
itu tentu saja membuat semakin kesal tokoh saya, karena kesalnya bahkan tokoh
saya hendak membunuh lintah itu tanpa sepengetahuan ibu. “Saya pernah mencoba pura-pura terganggu nyamuk dan menyemprotkan obat
serangga ke seluruh ruangan dengan harapan racun serangga itu dapat membunuh
lintah.”
Rasa
sayang ibu terhadap lintah ternyata semakin bertambah, terbukti didalam kalimat
“Bila Ibu pergi, saya merasa tenang
karena Ibu sudah mulai membawa lintah itu ke mana-mana.” Dalam konteks ini
mempunyai makna bahwa ibu semakin berani menunjukkan siapa lintah kepada semua
orang. Ibu yang dahulu menyembunyikan lintah didalam rumah kini semakin berani
untuk mengajak lintah keluar rumah. Justru inilah yang diharapkan oleh tokoh
saya dalam cerpen ini, tokoh saya lebih senang melihat ibu pergi dari rumah
daripada ibu berada dirumah bersama lintah. Tokoh saya akan mengalami berbagai
macam siksaan ketika tokoh ibu dan lintah sedang dirumah. Sebuah siksaan yang
amat pedih dari tokoh saya ketika ia sedang makan bersama, tokoh saya disuruh
memakan makanan yang telah keluar dari mulutnya.
Semakin hari, lintah
semakin berani berbuat aneh-aneh kepada tokoh saya. Lintah mulai berani
menggeramangi tokoh saya pada saat ibu tidak ada dirumahnya. “Tanpa dapat saya hindari lintah sudah
berdiri tepat di depan mata saya. Lintah itu sudah berubah menjadi ular
kobrayang siap mematuk mangsanya. Matanya warna merah saga menyala. Jiwa saya
gemetar. Raga saya lumpuh. Ular itu menyergap, melucuti pakaiaan saya,
menjalari satu persatu lekuk tubuh saya. Melumat tubuh saya yang belum berbulu
dan bersusu.” Makna dari penggalan ini adalah tokoh lintah yang tega
memperkosa tokoh saya. Dan hal ini pastilah semakin membuat tokoh saya terhadap
lintah. Tokoh saya tidak berani melaporkan kejadian ini terhadap ibu. Ia menyembunyikan
kejadian itu sampai pada saat ibu mau menceritakan apa yang ingin disampaikannya kepada tokoh
saya.
Menjelang akhir dari
cerpen, Djenar memasukkan sedikit dialog untuk membuat cerpen ini lebih hidup.
Dialog yang sekaligus menjadi ending dari
cerpen ini. Dialog antara tokoh saya dengan ibu itu berisi tentang rencana ibu
yang hendak menikah dengan lintah. Seluruh rasa marah tokoh terhadap lintah
seakan buyar saat itu juga. Lintah akan menjadi bapaknya selamanya.
- Kelebihan dan kekurangan cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu.
Kelebihan dari cerpen “LINTAH” karya
Djenar Mahesa Ayu terletak didalam penokohan dan juga setting yang sangat
tepat. Penokohan mengenai sosok ibu yang kejam terlihat jelas didalam perbuatan
ibu terhadap tokoh saya. Terlihat ketika ibu memaksa tokoh saya untuk memakan
muntahan makanan dari mulut tokoh saya. Untuk penokohan tokoh lintah terlihat
tepat ketika tokoh lintah sedang berusaha untuk memperkosa tokoh saya.
Sedangkan penokohan untuk tokoh saya sendiri terlihat tepat sekali untuk menggambarkan
sebagai tokoh utama cerita. Setting yang digunakan juga sangat tepat, karena
sebuah cerita diatas tidak akan cocok bila menggunakan setting selain dirumah.
Untuk gaya bahasa, Djenar memang sangat
hebat dalam membuat pembaca seolah terhipnotis untuk tidak berhenti ditengah
jalan ketika membaca. Pemilihan diksi sangat tepat sehingga pada saat pembaca
itu membaca akan terjadi sebuah nada yang indah.
Sedangkan kekurangan dari cerpen “LINTAH”
karya Djenar Mahesa Ayu ini hanyalah terletak di bagian tengah cerita. Akan
sangat bingung ketika kita pada awal cerita tidak membaca dengan
sungguh-sungguh ketika memasuki tengah cerita ini.
BAB
III
PENUTUP
- Simpulan
Dari cerpen ini kita bisa mengambil simpulan
bahwa janganlah sesekali mengalah terhadap orang yang akan menindas kita,
selagi kita bisa berbuat apa yang terbaik buat kita, karena mengalah dari
hal-hal yang membuat kita rugi pasti akan merugikan kita sendiri. Dan janganlah
kita meniru sifat sang Ibu yang begitu sayang pada sang Lintah dan tunduk pada
Lintah begitu saja tanpa melihat orang yang disayanginya (anaknya). Karena
sifat-sifat Lintah yang buruk tidak baik untuk di contoh dalam kehidupan kita.
Betapa buruknya sifat Lintah dalan cerpen ini yang selalu ingin menang sendiri
tanpa menghiraukan perasaan “ Saya “.
- Saran
Bagi pembaca awam sebaiknya jangan
melihat cerpen ini dari sudut pandang kesopanan. Pandanglah dari segi kenyataan
yang ada, bahwa kejadian seperti yang diceritakan diatas memang mungkin terjadi
di dalam kehidupan kita. Akan ada banyak pesan moral dalam cerpen ini yang
dapat kita jadikan pelajaran untuk hidup ini kedepan nanti.
DAFTAR
PUSTAKA
http://altruisjojo.wordpress.com/2012/07/29/lintah/
diunduh pada
tanggal 1 Desember 2012 pukul 21:30 WIB.
http://djenar.com/about diunduh
pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 20:12 WIB.
Djoko,
Rahmat Pradopo . 1994. Prinsip-Prinsip
Kritik Sastra. Yogyakarta: UGM Press.
terimakasih untuk informasinya.
ReplyDeletehttp://bit.ly/2GUfHrc
Best Casino & Slots Bonuses in NJ | DrmCD
ReplyDeleteLearn the top casino 밀양 출장안마 and slots bonus 군산 출장샵 in NJ. 목포 출장마사지 See NJ casino 구리 출장샵 bonuses, promotions, bonus codes, 화성 출장안마 betting bonuses & more. Rating: 4.5 · Review by DrmCD