Wednesday 19 December 2012

ANALISIS CERPEN "LINTAH" KARYA DJENAR MAESA AYU



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Kritik sastra merupakan sebuah upaya untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Sastra merupakan dunia imajiner yang sudah barang pasti menghasilkan makna multitafsir pada setiap bentuknya. Tidak terkecuali dengan cerpen, cerpen merupakan sebuah karya sastra yang berupa narasi atau cerita. Cerpen dapat berbentuk cerita fiksi atau rekaan dan non fiksi atau yang sesuai dengan kenyataan.
Untuk memahami sebuah bentuk cerpen tentu tidak mudah. Kita harus memahami dahulu karakteristik penulis cerpen tersebut agar bisa mengetahui jiwa dari cerpen yang dibuatnya. Setiap penulis tentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Mereka mempunyai gaya tersendiri dalam menyampaikan pikiran melalui bentuk tulisan. Ada yang cara menyampaikannya secara sindiran, dan adapula yang menyampaikannya secara terang-terangan. Hal ini tentu sah-sah saja didalam sebuah bentuk karya sastra. Karena bagaimanapun juga sastra adalah dunia imajiner yang hasil karyanya sesuai dengan hati dan kreatifitas penulisnya.
Kekreativitasan penulis dalam menuangkan pikiran tanpa ada batasan tentu membuat pembaca awam merasa kebingungan. Maka, di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai makna dari sebuah hasil karya sastra berupa cerpen karangan salah satu maestro cerpenis Indonesia Djenar Mahesa Ayu yang berjudul LINTAH. Cerpen “LINTAH” adalah cerpen karya Djenar yang sangat populer, cerpen ini juga dimuat didalam harian Kompas pada tahun 2002. Cerpen “LINTAH” adalah karya pertama dari Djenar beraliran feminisme yang kebanyakan berisi tentang perempuan dan seksualitas.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah makna yang terkandung  di dalam cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu?
2.      Apakah kekurangan dan kelebihan cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Makna yang terkandung didalam cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu.
Telah tersebut diatas, cerpen “LINTAH” adalah karya cerpenis Indonesia Djenar mahesa Ayu yang dimuat diharian kompas pada tahun 2002. Untuk mengkaji sebuah makna yang terkandung di dalam sebuah karya sastra, tentu ada baiknya kita mengenal dahulu siapa pembuatnya. Djenar Mahesa Ayu adalah cerpenis Indonesia kelahiran Jakarta tanggal 14 Januari 1973. Djenar merupakan penulis cerpen feminisme yang konsisten dengan karyanya. Sudah bermacam-macam karya dibuatnya mulai dari cerpen, novel, hingga film layar lebar.
Djenar termasuk salah satu penulis kontroversial di Indonesia. Bahasa dan gaya kepenulisan  Djenar dalam mengutarakan isi hatinya dinilai banyak orang terlalu kasar dan bahkan terkesan “jijik” bagi sebagian penikmat sastra. Bisa dibilang karya Djenar ini lebih merujuk kesebuah karya yang bersifat pornografi. Karena bahasa yang digunakan terlalu fulgar, banyak orang yang mengkritik karya Djenar mulai dari aktivis-aktivis agama sampai para sastrawan sendiri. Sastrawan yang mengkritik karya Djenar kebanyakan dari golongan agamis, yang menganggap gaya bahasa Djenar tidak sopan bila dengan budaya adat ketimuran.
                        Melupakan pandangan negatif mengenai sosok Djenar, tulisan-tulisan Djenar memang kebanyakan sesuai dengan kenyataan. Tema-tema yang dimasukkan dalam karyanya memiliki makna yang sangat dalam. Tak terkecuali cerpen “LINTAH” ini, dari segi judul, Djenar sungguh hebat dalam membuat judul cerpennya. Judul yang membuat menjadi penasaran dan ingin membacanya. Sampai sekarangpun judul cerpen dari Djenar Maesa selalu membuat pembaca penasaran. Djenar tahu benar bahwa judul memiliki pengaruh yang sangat besar untuk menarik pembaca. Dengan judul “LINTAH” sudah pasti pembaca penasaran akan isi dari cerpen tersebut.
                        Cerpen “LINTAH” karya Djenar ini menceritakan tentang penderitaan seorang anak perempuan korban penindasan antara ibu dan pacarnya. Karena terlalu bencinya sosok saya dalam cerpen ini terhadap pacar ibu, tokoh saya menyebut pacar ibu dengan sebutan lintah ”ibu saya memelihara seekor lintah. Melalui penggambaran dengan menggunakan hewan lintah ini, pembaca sedikit dimudahkan untuk memahami maksud cerita. ”. Seperti yang kita ketahui, lintah merupakan hewan air yang sering mengisap darah. Jadi isi dari cerpen ini akan lebih banyak menceritakan kisah penderitaan. Cerpen yang bertokohkan Ibu, Anak (saya) dan Lintah ini mempunyai karakteristik sifat yang berbeda-beda. Disini Djenar menceritakan “ LINTAH “ yang memiliki sifat tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, seenak hatinya saja , kurang ajar, pandai menarik hati, suka tertawa di atas penderitaan orang. Sedangkan tokoh Ibu memiliki sifat yang sangat penyayang terutama pada Lintah tapi tidak pada Saya. Penderitaan yang dialami oleh tokoh saya dalam cerpen ini sungguh sangat mengharukan, mulai dari tekanan batin menghadapi kelakuan lintah terhadap dirinya sampai terpengaruhnya ibu dari tipu daya tokoh lintah “Ibu tidak percaya semua pengaduan yang saya utarakan. Yah… lintah ini memang sangat pandai menarik hati Ibu. Setiap Ibu pulang kerja, lintah duduk manis di dalam rumahnya. Lalu Ibu akan mengecupnya mesra dan membawanya masuk ke dalam kamarnya.” Dari penggalan ini tentu membuktikan bahwa ibu sudah terpengaruh dengan tipu daya lintah.
                        Sosok saya yang amat membenci tentang kehadiran lintah dirumahnya “Saya penyayang binatang. Namun saya sangat benci kepada lintah. Lintah tidak pernah puas atas apa yang dimilikinya.” Menjadi terpukul karena hadirnya lintah dirumahnya. Ia sangat takut melihat lintah berada dirumahnya, bahkan suatu hari tokoh lintah ini sembunyi-sembunyi mengintip apa yang sedang dilakukan ibu dengan lintah dikamarnya. Sosok lintah yang berada dikamar ibu ternyata berubah menjadi sosok ular merah menyala yang siap menerkam mangsanya. Karena karakter Djenar yang lebih menjurus kearah seksualitas, kalimat ini dapat bermakna bahwa sosok lintah adalah sosok pria yang gagah yang hendak bersenggama dengan ibu “Saya sangat jijik melihatnya. Namun Ibu dengan rakusnya menelan habis liur ular besar itu tanpa menyisakan satu tetes pun!” hal itu tentu saja membuat semakin kesal tokoh saya, karena kesalnya bahkan tokoh saya hendak membunuh lintah itu tanpa sepengetahuan ibu. “Saya pernah mencoba pura-pura terganggu nyamuk dan menyemprotkan obat serangga ke seluruh ruangan dengan harapan racun serangga itu dapat membunuh lintah.”
                        Rasa sayang ibu terhadap lintah ternyata semakin bertambah, terbukti didalam kalimat “Bila Ibu pergi, saya merasa tenang karena Ibu sudah mulai membawa lintah itu ke mana-mana.” Dalam konteks ini mempunyai makna bahwa ibu semakin berani menunjukkan siapa lintah kepada semua orang. Ibu yang dahulu menyembunyikan lintah didalam rumah kini semakin berani untuk mengajak lintah keluar rumah. Justru inilah yang diharapkan oleh tokoh saya dalam cerpen ini, tokoh saya lebih senang melihat ibu pergi dari rumah daripada ibu berada dirumah bersama lintah. Tokoh saya akan mengalami berbagai macam siksaan ketika tokoh ibu dan lintah sedang dirumah. Sebuah siksaan yang amat pedih dari tokoh saya ketika ia sedang makan bersama, tokoh saya disuruh memakan makanan yang telah keluar dari mulutnya.
                        Semakin hari, lintah semakin berani berbuat aneh-aneh kepada tokoh saya. Lintah mulai berani menggeramangi tokoh saya pada saat ibu tidak ada dirumahnya. “Tanpa dapat saya hindari lintah sudah berdiri tepat di depan mata saya. Lintah itu sudah berubah menjadi ular kobrayang siap mematuk mangsanya. Matanya warna merah saga menyala. Jiwa saya gemetar. Raga saya lumpuh. Ular itu menyergap, melucuti pakaiaan saya, menjalari satu persatu lekuk tubuh saya. Melumat tubuh saya yang belum berbulu dan bersusu.” Makna dari penggalan ini adalah tokoh lintah yang tega memperkosa tokoh saya. Dan hal ini pastilah semakin membuat tokoh saya terhadap lintah. Tokoh saya tidak berani melaporkan kejadian ini terhadap ibu. Ia menyembunyikan kejadian itu sampai pada saat ibu mau menceritakan  apa yang ingin disampaikannya kepada tokoh saya.
                                Menjelang akhir dari cerpen, Djenar memasukkan sedikit dialog untuk membuat cerpen ini lebih hidup. Dialog yang sekaligus menjadi ending dari cerpen ini. Dialog antara tokoh saya dengan ibu itu berisi tentang rencana ibu yang hendak menikah dengan lintah. Seluruh rasa marah tokoh terhadap lintah seakan buyar saat itu juga. Lintah akan menjadi bapaknya selamanya.
  1. Kelebihan dan kekurangan cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu.
Kelebihan dari cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu terletak didalam penokohan dan juga setting yang sangat tepat. Penokohan mengenai sosok ibu yang kejam terlihat jelas didalam perbuatan ibu terhadap tokoh saya. Terlihat ketika ibu memaksa tokoh saya untuk memakan muntahan makanan dari mulut tokoh saya. Untuk penokohan tokoh lintah terlihat tepat ketika tokoh lintah sedang berusaha untuk memperkosa tokoh saya. Sedangkan penokohan untuk tokoh saya sendiri terlihat tepat sekali untuk menggambarkan sebagai tokoh utama cerita. Setting yang digunakan juga sangat tepat, karena sebuah cerita diatas tidak akan cocok bila menggunakan setting selain dirumah.
Untuk gaya bahasa, Djenar memang sangat hebat dalam membuat pembaca seolah terhipnotis untuk tidak berhenti ditengah jalan ketika membaca. Pemilihan diksi sangat tepat sehingga pada saat pembaca itu membaca akan terjadi sebuah nada yang indah.
Sedangkan kekurangan dari cerpen “LINTAH” karya Djenar Mahesa Ayu ini hanyalah terletak di bagian tengah cerita. Akan sangat bingung ketika kita pada awal cerita tidak membaca dengan sungguh-sungguh ketika memasuki tengah cerita ini.
















BAB III
PENUTUP
  1. Simpulan
Dari cerpen ini kita bisa mengambil simpulan bahwa janganlah sesekali mengalah terhadap orang yang akan menindas kita, selagi kita bisa berbuat apa yang terbaik buat kita, karena mengalah dari hal-hal yang membuat kita rugi pasti akan merugikan kita sendiri. Dan janganlah kita meniru sifat sang Ibu yang begitu sayang pada sang Lintah dan tunduk pada Lintah begitu saja tanpa melihat orang yang disayanginya (anaknya). Karena sifat-sifat Lintah yang buruk tidak baik untuk di contoh dalam kehidupan kita. Betapa buruknya sifat Lintah dalan cerpen ini yang selalu ingin menang sendiri tanpa menghiraukan perasaan “ Saya “.
  1. Saran
Bagi pembaca awam sebaiknya jangan melihat cerpen ini dari sudut pandang kesopanan. Pandanglah dari segi kenyataan yang ada, bahwa kejadian seperti yang diceritakan diatas memang mungkin terjadi di dalam kehidupan kita. Akan ada banyak pesan moral dalam cerpen ini yang dapat kita jadikan pelajaran untuk hidup ini kedepan nanti.









DAFTAR PUSTAKA
http://altruisjojo.wordpress.com/2012/07/29/lintah/  diunduh pada tanggal 1 Desember 2012 pukul 21:30 WIB.
http://djenar.com/about diunduh pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 20:12 WIB.
Djoko, Rahmat Pradopo . 1994. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: UGM Press.

2 comments:

  1. terimakasih untuk informasinya.
    http://bit.ly/2GUfHrc

    ReplyDelete
  2. Best Casino & Slots Bonuses in NJ | DrmCD
    Learn the top casino 밀양 출장안마 and slots bonus 군산 출장샵 in NJ. 목포 출장마사지 See NJ casino 구리 출장샵 bonuses, promotions, bonus codes, 화성 출장안마 betting bonuses & more. Rating: 4.5 · ‎Review by DrmCD

    ReplyDelete