TLATAR BOYOLALI (CATATAN
HASIL LIBURAN)
Suntuk mengawali hari itu. hari dimana saya sudah
beberapa hari mengalami masa hibernasi tingkat provinsi. Liburan akhir semester
adalah sesuatu yang bisa menjadi dilema. Sebelum datang kita menunggu, setelah
datang kita meradang. Bagi saya sendiri liburan akhir semester hanyalah seperti
buah ‘jeruk’ yang hanya manis diawal tapi sepah dibelakang. Awal liburan memang
banyak sekali kegiatan yang ingin saya lakukan. Mulai dari bersih-bersih kamar,
bersih-bersih badan, berkunjung kerumah teman, dan masih banyak lagi. Tapi,
rencana itu semua jarang yang bisa kita lakukan dengan baik. Rasa kantuk dan
malas seringkali hinggap pada diri ketika liburan seperti ini. malas karena tak
punya uang untuk biaya perjalanan, karena liburan
berarti libur juga uang
bulanan. Kantuk karena efek dari tidak ada kegiatan itu tadi. Dan pada akhir
liburan, sering kita sedih kenapa kita di awal liburan kita hanya tidur dan
berdiam diri hibernasi di rumah tanpa ada manfaat. Yah, nampaknya itulah awalan
yang pas untuk mengawali cerita saya kali ini.
Tlatar Boyolali, itulah hasil liburan sebagai obat suntuk
setelah sekian lama saya hanya berdiam diri di rumah. Kenapa saya memilih
lokasi ini, jawabannya sedikit absurd yakni karena saya belum pernah kesana
sama sekali. Seperti yang selalu saya dapatkan dari berbagai perjalanan yang
pernah saya lakukan bahwa perjalanan yang tidak direncanakan pasti akan selalu
memberikan kenangan dan pelajaran. Tanpa banyak tanya-tanya pagi itu saya
langsung bersiap menuju lokasi. Yang saya ketahui saat itu lokasinya ya di
Boyolali, tepatnya mana saya tidak tahu. Berangkatlah saya menuju lokasi,
dengan mengendarai motor hasil hibah orang tua. Saya bergegas menuju lokasi
dengan harapan sampai disana bisa berlama-lama karena berangkat lebih pagi.
Saya memang hanya sendiri saat itu, karena perjalanan absurd hanya akan indah
bila dilakukan sendiri tanpa ada teman yang menemani. Empat puluh lima menit perjalanan, sampailah
saya di tugu Kartosuro. Melihat penunjuk arah yang menunjukkan bahwa Boyolali
di tunjuk dengan panah ke kiri saya langsung mengambil ke arah kiri. Sumpah
jalannya enak banget. Tak kuasa saya menahan tangan saya yang sedari tadi ingin
menggeber motor saya. Hasilnya adalah BOROS yah motor yang saya kendarai dengan
kecepatan tinggi berakibat borosnya bensin yang dibutuhkan. Masak dari tugu
kartosuro sampai Boyolali kota bensin saya tinggal setengah. Jalan yang enak
ternyata menipu, dan yang lebih parah lagi jalan yang enak ternyata bikin saya
tersesat. Kampret. Saya tersesat sampai jalan Boyolali kota dan lebih kampret
lagi jalan menuju lokasi yakni Tlatar, tidak ada penunjuk arahnya. Alhasil
sampailah saya ke perbatasan boyolai Salatiga yang jalannya ngeri itu. Dan
disana saya terpaksa bertanya kepada salah satu bapak-bapak parkir yang ada di
pinggir jalan. Ketika saya tanya Tlatar dia malah balik bertanya, mas dari
mana? Saya jawab Klaten. Dia langsung nyengir dan mungkin dia berpikir betapa
bodohnya anak ini. wah, mas “Keblandangen”
jauh sekali mas. Seharusnya tadi mas belok di pasar Mojosongo. Pasar
Mojosongo, hal yang pertama saya pikirkan adalah sial bodoh sekali saya itu kan
pasar yang ada di kanan jalan ketika saya “ngebut”
tadi ya?. Nah dari pasar Mojosongo itu dekat sekali mas, mas tinggal ikuti
jalur aspal sampai di Tlatar. Kalau bingung tanya orang disitu pasti tau mas.
Wah masak saya harus balik lagi pak! Jawab saya. Tidak usah mas, kalau dari
sini mas tinggal balik lagi sampai pasar Sunggingan dan belok ke kiri terus
sampai mentok nanti udah sampai di Tlatar mas. Pasar sunggingan dari sini jauh
apa tidak pak? Tidak kok mas, lebih jauh pasar Mojosongo kalau dari sini.(You
don’t say!) ya sudah ya pak, terima
kasih.
Setelah
selesai bertanya pada bapak-bapak parkir yang super tahu banyak tentang
Boyolali itu. akhirnya saya balik lagi menuju pasar Sunggingan seperti apa yang
dikatakan bapak-bapak parkir itu. ternyata benar dari pasar sini arahnya hanya
lurus saja sampai menuju Tlatar. Seingat saya
jalannya juga tidak ada arah menuju lokasi kesana. Sekitar 30 menit dari
pasar Sunggingan sampailah saya di daerah mana saya lupa dan saya sempat
membaca tulisan Tlatar kemudian panah ke kanan. Bodohnya apa, saya mengabaikan
tulisan itu sehingga saya “keblandangen” untuk
kedua kalinya. Nampaknya ini memang perjalanan yang sangat absurd ya? Setelah “keblandangen” hampir seratus meter
hingga saya berada di depan SMA N 2 BOYOLALI saya langsung membalikkan motor
dan menuju anak panah tadi. Ternyata benar, sampailah saya di Tlatar. Lokasi
yang menjadi tujuan saya dalam perjalanan kali ini. bingung. Kenapa, saya baru
sekali ini pergi ke Tlatar dan pandangan saya bahwa Tlatar itu tempatnya sejuk
dan indah seperti kolam renang alami lainnya ternyata salah. Disini lebih
tepatnya seperti daerah Janti di Klaten. Yah persis sekali, hanya saja disini
tempat makan dan umbulnya berada di satu lokasi dan lebih dekat. Di dalam
lokasi ini yang saya temui adalah banyaknya tempat makan yang menyebabkan saya
lapar. Tapi karena tidak punya uang rasa laparpun saya biarkan. Sedikit masuk
kedalam menuju lokasi, ada kolam renang yang sangat bagus, katanya sih kolam
itu berstandar nasional atau internasional gitu. Seperti sekolah saja(pikir
saya)
Gagal saya masuk kesana, karena saya memang sudah
berencana dari rumah untuk berhemat dan tidak ingin mengeluarkan uang banyak
untuk perjalanan saya ini. setelah saya mengoprek-oprek masuk kedalam lokasi
saya saya kemudian berpindah untuk melihat lokasi rumah makannya dan hasilnya
seperti ini.
Inilah lokasi yang membuat saya ngiler ingin mencobanya!
Dan masih dikawasan obyek wisata Tlatar ini ada dua umbul
atau sumber air yang saya sempat foto. Umbul yang pertama adalah umbul
pengilon,
Ini dari luarnya, kalau dari dalam seperti ini.
Airnya jernih memang, tapi ketika saya hendak berenang
saya kehilangan “mood”. Jadi saya mengurungkan niat untuk berenang disini. Dan
didepan umbul ini ada lagi satu umbul yang tidak ada namanya atau saya saja
yang tidak tahu namanya, fotonya seperti ini
Nah, di umbul inilah saya berenang. Karena tempatnya sepi
dan gratis “mood” saya kembali keluar dan langsung timbul hasrat berenang
disini. Saat berenang saya juga bertemu dengan seseorang yang sedang mandi,
jadi saya sedikit tidak merasa malu berenang disini.
Maaf yang saya foto pakaiannya saja ya! Hehe
Inilah perjalan saya di Tlatar Boyolali. Perjalanan tanpa
tujuan dan hanya sebagai pemanis di sela kebosanan karena liburan. Berbuah
banyak sekali pelajaran. Pelajaran pertama yakni janganlah kita malu bertanya
kalau kita memang tidak tahu. Dan yang kedua tak ada salahnya kita mencoba,
karena dengan mencoba kita akan tahu bahwa sesuatu itu biasa atau LUAR BIASA!.
Foto tambahan
Patung di Lokasi “WOOD BALL” Tlatar yang terkenal itu.
gak ada fotonya ya mas?
ReplyDeletekemarin belum selesai mas postingannya. sekarang sudah..hee... makasih sudah berkunjung! salam kenal
Delete