Friday 26 April 2013

TLATAR BOYOLALI (CATATAN HASIL LIBURAN)


TLATAR BOYOLALI (CATATAN HASIL LIBURAN)
Suntuk mengawali hari itu. hari dimana saya sudah beberapa hari mengalami masa hibernasi tingkat provinsi. Liburan akhir semester adalah sesuatu yang bisa menjadi dilema. Sebelum datang kita menunggu, setelah datang kita meradang. Bagi saya sendiri liburan akhir semester hanyalah seperti buah ‘jeruk’ yang hanya manis diawal tapi sepah dibelakang. Awal liburan memang banyak sekali kegiatan yang ingin saya lakukan. Mulai dari bersih-bersih kamar, bersih-bersih badan, berkunjung kerumah teman, dan masih banyak lagi. Tapi, rencana itu semua jarang yang bisa kita lakukan dengan baik. Rasa kantuk dan malas seringkali hinggap pada diri ketika liburan seperti ini. malas karena tak punya uang untuk biaya perjalanan, karena liburan
berarti libur juga uang bulanan. Kantuk karena efek dari tidak ada kegiatan itu tadi. Dan pada akhir liburan, sering kita sedih kenapa kita di awal liburan kita hanya tidur dan berdiam diri hibernasi di rumah tanpa ada manfaat. Yah, nampaknya itulah awalan yang pas untuk mengawali cerita saya kali ini.
Tlatar Boyolali, itulah hasil liburan sebagai obat suntuk setelah sekian lama saya hanya berdiam diri di rumah. Kenapa saya memilih lokasi ini, jawabannya sedikit absurd yakni karena saya belum pernah kesana sama sekali. Seperti yang selalu saya dapatkan dari berbagai perjalanan yang pernah saya lakukan bahwa perjalanan yang tidak direncanakan pasti akan selalu memberikan kenangan dan pelajaran. Tanpa banyak tanya-tanya pagi itu saya langsung bersiap menuju lokasi. Yang saya ketahui saat itu lokasinya ya di Boyolali, tepatnya mana saya tidak tahu. Berangkatlah saya menuju lokasi, dengan mengendarai motor hasil hibah orang tua. Saya bergegas menuju lokasi dengan harapan sampai disana bisa berlama-lama karena berangkat lebih pagi. Saya memang hanya sendiri saat itu, karena perjalanan absurd hanya akan indah bila dilakukan sendiri tanpa ada teman yang menemani.  Empat puluh lima menit perjalanan, sampailah saya di tugu Kartosuro. Melihat penunjuk arah yang menunjukkan bahwa Boyolali di tunjuk dengan panah ke kiri saya langsung mengambil ke arah kiri. Sumpah jalannya enak banget. Tak kuasa saya menahan tangan saya yang sedari tadi ingin menggeber motor saya. Hasilnya adalah BOROS yah motor yang saya kendarai dengan kecepatan tinggi berakibat borosnya bensin yang dibutuhkan. Masak dari tugu kartosuro sampai Boyolali kota bensin saya tinggal setengah. Jalan yang enak ternyata menipu, dan yang lebih parah lagi jalan yang enak ternyata bikin saya tersesat. Kampret. Saya tersesat sampai jalan Boyolali kota dan lebih kampret lagi jalan menuju lokasi yakni Tlatar, tidak ada penunjuk arahnya. Alhasil sampailah saya ke perbatasan boyolai Salatiga yang jalannya ngeri itu. Dan disana saya terpaksa bertanya kepada salah satu bapak-bapak parkir yang ada di pinggir jalan. Ketika saya tanya Tlatar dia malah balik bertanya, mas dari mana? Saya jawab Klaten. Dia langsung nyengir dan mungkin dia berpikir betapa bodohnya anak ini. wah, mas “Keblandangen” jauh sekali mas. Seharusnya tadi mas belok di pasar Mojosongo. Pasar Mojosongo, hal yang pertama saya pikirkan adalah sial bodoh sekali saya itu kan pasar yang ada di kanan jalan ketika saya “ngebut” tadi ya?. Nah dari pasar Mojosongo itu dekat sekali mas, mas tinggal ikuti jalur aspal sampai di Tlatar. Kalau bingung tanya orang disitu pasti tau mas. Wah masak saya harus balik lagi pak! Jawab saya. Tidak usah mas, kalau dari sini mas tinggal balik lagi sampai pasar Sunggingan dan belok ke kiri terus sampai mentok nanti udah sampai di Tlatar mas. Pasar sunggingan dari sini jauh apa tidak pak? Tidak kok mas, lebih jauh pasar Mojosongo kalau dari sini.(You don’t  say!) ya sudah ya pak, terima kasih.

         Setelah selesai bertanya pada bapak-bapak parkir yang super tahu banyak tentang Boyolali itu. akhirnya saya balik lagi menuju pasar Sunggingan seperti apa yang dikatakan bapak-bapak parkir itu. ternyata benar dari pasar sini arahnya hanya lurus saja sampai menuju Tlatar. Seingat saya  jalannya juga tidak ada arah menuju lokasi kesana. Sekitar 30 menit dari pasar Sunggingan sampailah saya di daerah mana saya lupa dan saya sempat membaca tulisan Tlatar kemudian panah ke kanan. Bodohnya apa, saya mengabaikan tulisan itu sehingga saya “keblandangen” untuk kedua kalinya. Nampaknya ini memang perjalanan yang sangat absurd ya? Setelah “keblandangen” hampir seratus meter hingga saya berada di depan SMA N 2 BOYOLALI saya langsung membalikkan motor dan menuju anak panah tadi. Ternyata benar, sampailah saya di Tlatar. Lokasi yang menjadi tujuan saya dalam perjalanan kali ini. bingung. Kenapa, saya baru sekali ini pergi ke Tlatar dan pandangan saya bahwa Tlatar itu tempatnya sejuk dan indah seperti kolam renang alami lainnya ternyata salah. Disini lebih tepatnya seperti daerah Janti di Klaten. Yah persis sekali, hanya saja disini tempat makan dan umbulnya berada di satu lokasi dan lebih dekat. Di dalam lokasi ini yang saya temui adalah banyaknya tempat makan yang menyebabkan saya lapar. Tapi karena tidak punya uang rasa laparpun saya biarkan. Sedikit masuk kedalam menuju lokasi, ada kolam renang yang sangat bagus, katanya sih kolam itu berstandar nasional atau internasional gitu. Seperti sekolah saja(pikir saya)
Gagal saya masuk kesana, karena saya memang sudah berencana dari rumah untuk berhemat dan tidak ingin mengeluarkan uang banyak untuk perjalanan saya ini. setelah saya mengoprek-oprek masuk kedalam lokasi saya saya kemudian berpindah untuk melihat lokasi rumah makannya dan hasilnya seperti ini.
 
Inilah lokasi yang membuat saya ngiler ingin mencobanya!
Dan masih dikawasan obyek wisata Tlatar ini ada dua umbul atau sumber air yang saya sempat foto. Umbul yang pertama adalah umbul pengilon,

 
Ini dari luarnya, kalau dari dalam seperti ini.
 
Airnya jernih memang, tapi ketika saya hendak berenang saya kehilangan “mood”. Jadi saya mengurungkan niat untuk berenang disini. Dan didepan umbul ini ada lagi satu umbul yang tidak ada namanya atau saya saja yang tidak tahu namanya, fotonya seperti ini
 
Nah, di umbul inilah saya berenang. Karena tempatnya sepi dan gratis “mood” saya kembali keluar dan langsung timbul hasrat berenang disini. Saat berenang saya juga bertemu dengan seseorang yang sedang mandi, jadi saya sedikit tidak merasa malu berenang disini.
Maaf yang saya foto pakaiannya saja ya! Hehe

Inilah perjalan saya di Tlatar Boyolali. Perjalanan tanpa tujuan dan hanya sebagai pemanis di sela kebosanan karena liburan. Berbuah banyak sekali pelajaran. Pelajaran pertama yakni janganlah kita malu bertanya kalau kita memang tidak tahu. Dan yang kedua tak ada salahnya kita mencoba, karena dengan mencoba kita akan tahu bahwa sesuatu itu biasa atau LUAR BIASA!.
Foto tambahan 

 
Patung di Lokasi “WOOD BALL” Tlatar yang terkenal itu.

2 comments:

  1. Replies
    1. kemarin belum selesai mas postingannya. sekarang sudah..hee... makasih sudah berkunjung! salam kenal

      Delete