Saturday, 1 June 2013

KULIAH PAKAR BERSAMA PAKAR LINGUISTIK I DEWA PUTU WIJANA



KULIAH PAKAR BERSAMA PAKAR LINGUISTIK I DEWA PUTU WIJANA
9 APRIL 2013
RUANG SIDANG FKIP UNS LANTAI 2.
LINGUISTIK ITU ILMU YANG INDAH
Disinilah saya mendapatkan sedikit tentang ilmu linguistik langsung dari pakar linguistik yakni beliau bapak Prof. Putu Wijana.
Singkatnya demikian, beliau mencerritakan ilmu linguistik melalui materi yang dibagikan kepada peserta kuliah umum hari ini dalam bentuk yang sangat unik. Berbeda dengan para pembicara-pembicara seminar yang lain, yang umumnya membagikan materi dalam bentuk makalah atau hasil cetakan dari slide. Beliau bapak putu wijana membagikan materi dalam bentuk ringkasan materi atau saya sendiri lebih menyebut ini adalah diari beliau yang dapat dikaitkan dengan ilmu linguistik.
Ringkasan materi tersebut diberi judul “LINGUISTIK ADALAH ILMU YANG PALING INDAH” sungguh indah memang bila kita mampu mendalami ilmu ini lebih dalam. Karena di dalam ilmu linguistik akan mampu memberikan sedikit anekdot bahasa yang akan mampu mengundang gelak tawa para pemakai bahasa. Keberagaman dialek yang sering kita sebut dengan sosiolinguistik menjadikan adanya perbedaan-perbedaan pengucapan kata antar daerah. Hal inilah yang sering memancing gelak tawa para pemakai bahasa yang tidak memahami bahasa yang digunakan lawan bicaranya. Untungnya dalam kita berbahasa ada aturan yang mengaturnya. Aturan penggunaan bahasa tersebut sering diakronimkan dengan akronim SPEAKING singkatnya spekiang adalah aturan yang mengatur tentang bagaimana kita berbicara dan dengan siapa kita berbicara.  Anton M. Moeliono juga berpendapat, bahasa itu ibarat pakaian yang cara menggunakannya tergantung dengan situasi yang ada.
Paparan beliau selanjutnya adalah menjelaskan bagaimana kita mampu menjadi ilmuwan bahasa. Menjadi ilmuwan bahasa tidaklah mudah, karena menjadi ilmuwan bahasa haruslah mampu mengusai bahasa dan mampu menjelaskan bahasa. Untuk menguasai bahasa mungkin sebagian orang sudah bisa, tapi untuk menjelaskan bahasa belum tentu semua orang bisa. Menjadi ilmuwan bahasa haruslah menguasai bidang yang menjadi objek kajian linguistik mikro, apa saja bidang itu? bidang itu adalah FONOLOGI, MORFOLOGI, SEMANTIK, dan SINTAKSIS. Dengan menguasai dan mampu menjelaskan empat kajian mikrolinguistik tersebut seseorang sudah bisa dikatakan sebagai ilmuan bahasa. Kenapa Fonologi adalah ilmu yang pertama yang harus dikuasai, menurut prof samsuri, fonologi harus dipelajari terlebih dahulu sebelum ilmu bahasa lain karena ilmu fonologi adalah ilmu yang paling berkaitan dengan bunyi, bahasa akan muncul melalui alat ucap, seperti pengertiannya bahasa adalah segala bunyi yang keluar dari alat ucap yang memiliki makna dan berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kenapa disini makna saya tebalkan, karena belum tentu semua bunyi yang keluar dari alat ucap belum tentu dapat disebut bahasa, misalnya bunyi sendawa, kita tidak bisa menyebut bunyi itu dengan bahasa. Karena sendawa tidaklah memliki makna. Jadi dengan mempelajari ilmu fonologi sebagai awalan berguna untuk melatih alat ucap kita agar mampu mengeluarkan bunyi yang asli dalam huruf atau fon bahasa itu sendiri. Didalam bahasa arab hal ini sering disebut dengan makraj huruf atau hak dari huruf tersebut.
Perbedaan daerah menyebabkan perbedaan pula bahasa yang digunakan, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekerabatan bahasa. Misal kerabat bahasa protoaustronesia yang meliputi indonesia, filipina, malaysia. Bahasa pada kerabat ini masih ada sedikit kesamaan satu dengan yang lain.( kalau tidak salah dengar begini, wallohu alam). Sedangkan kerabat ini dengan kerabat bahasa yang lain akan jauh dan jelas berbeda, hal ini disebabkan karena perbedaan kerabat itu tadi. Bahasa sendiri muncul karena perjanjian antar pemakainya, misalnya masyarakat menunjuk hewan melata yang sering berbunyi nyaring di loteng rumah itu dengan sebutan “tokek” ya sudah, apabila sudah ada kesepakatan dan perjanjian maka hewan tersebut resmilah disebut tokek. Lhah kata yang terbentuk ini merupakan kata yang terbentuk dengan cara fonomatope (kalau tidak salah) yang berarti kata yang dibentuk berdasarkan kesesuaian antara kata yang ditunjuk dengan ciri-ciri sesuatu yang ditunjuk. Kenapa? Menurut analisis saya yang belum tentu kebenarannya, hewan tokek diberinama tokek karena bunyi hewan itu yang berbunyi tokkeeekk!!! Mungkin demikian, contoh yang lain yang dapat kita ambil adalah hewan Jangkrik, kira kira penyebabnya juga sama dengan hewan tokek tadi.
Oke materi baru, sekarang kita akan membahas mengenai dialek. Perlu diketahui, dialek berbeda dengan dialog, bedanya apa? Jelaslah tulisannya saja sudah beda apalagi maknanya. Sudah nampaknya tidak perlu dijelaskan. Hal yang ingin saya jelaskan disini adalah perbedaan dialek dengan bahasa. Mungkin kita( saya orang jawa) menyebut orang bali yang berbicara dengan logat balinya sering kita sebut dengan dialek bali. Padahal itu salah, yang benar bahwa orang jawa yang akan menyebut orang yang berbicara dengan logat bali itu adalah bahasa bali, kenapa bahasa bali? Karena bahasa jawa dengan bahasa bali jauh sangat berbeda pengucapannya dan artinya. Berbeda dengan bahasa jawa dengan logat ngapak atau logat suroboyonan, inilah yang bisa kita katakan dengan dialek, karena hubungan antara keduanya sangat dekat dan apabila orang yang memiliki logat jawa berbicara dengan orang yang berlogat ngapak akan nyambung dan apabila tidak perbedaan bahasa keduanya tidak terlalu mutlak. Untuk meringkas penjelasan saya mengenai hubungan bahasa yang terlalu bertele-tele ini akan saya bahas secara singkat. Yang disebut bahasa adalah bahasa itu tidak harus sama sedangkan dialek, ada kesamaan antara bahasa tersebut karena bahasa tersebut sekerabat. Jawa dengan ngapak(dialek) jawa dengan bali(bahasa). Untuk mempelajari tentang pemetaan berbahasa dan cara menguji apakah bahasa itu sekerabat pakar yang bernama Moris Suades sudah memberikan data yang lengakp bila kita ingin mengujinya.

Quote pak putu wijana yang bagi saya mengesankan dan mampu dihayati untuk diambil pelajaran:
·         “BELAJAR TIDAK HARUS MENCARI NILAI” setuju sekali dengan quote yang satu ini, karena apa, apabila kita belajar hanya untuk mencari nilai, yaudah yang kita dapatkan adalah nilai itu dan kita tidak akan mendapatkan pelajaran yang sesungguhnya dari materi. Siapa sih yang memberi kita nilai? Guru, dosen, atau siapalah yang jelas kan mereka manusia bukanlah dewa. Mereka tidak tahu apakah kita sesungguhnya paham akan materi tersebut atau tidak. Oke kalau kita paham wajar bila kita mendapat nilai bagus, tapi bagaimana kalau kita tidak paham akan materi tersebut lantas kita mendapat nilai bagus? Apakah kita tidak malu terhadap dri kita sendiri? Maka dari itu, quote beliaulah yang kiranya dapat menjawab pertanyaan ini. tanpa mempedulikan nilai kita akan lebih fokus pada passion kita. Kita akan merasa nyaman dengan diri kita tanpa ada tuntutan angka yang memberatkan itu. karena harus saya akui saya termasuk orang yang didzalimi oleh apa yang disebut dengan nilai. Oke fine!!!!
·         “ yang menentukan kesuksesan hidup bukanlah tempat dimana kita belajar, tapi yang menentukan kesuksesan hidup adalah bagaimana cara kita belajar.” Quote ini bagus sekali dan memiliki makna yang sangat dalam dan saya tentunya tidak berhak menjelaskan arti atau makna dari quote ini lebih lanjut. Takut salah makna gan!!!
Simpulan dari tarian jari-jemari saya diatas papan ketik ini adalah berbahasa itu terserah atau tergantung pada pemakai bahasa yakni bebas digunakan dimana saja dan kapan saja asalkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila ada salah kata atau salah pengartian, mohon maaf atas segala kekurangan saya. Segala kelebihan dan kesempurnaan hanya milik Alloh dan segala kesalahan dan kekurangan berasal dari saya pribadi dan setan saya dalam hati. Sekian terimakasih.

No comments:

Post a Comment