TOURING MALANG
(Perjalanan Darat Mahasiswa dari Solo Menuju Malang)
Ini adalah kisah pengalaman Touring pertama saya
yang paling jauh. Malang, sebuah kota di Jawa Timur yang menjanjikan suasana
kota yang dingin dan penduduknya yang ramah. Perjalanan ini dimulai dengan
persiapam yang sangat mendadak. Bersama teman-teman saya, kami merencanakan
perjalanan ini dengan tujuan akan mengikuti seminar. Ya seminar, karena kami
waktu itu adalah segerombolan remaja yang memiliki status mahasiswa (masih)
baru. Karena baru semester tiga, umumnya mahasiswa pada semester ini masih
idealis dan menggebu-gebu dalam belajar. Ya saya juga seperti itu. akhirnya
rencana itu sudah matang. Kami akan berangkat dengan ijin kepada bapak dan ibu
“Akan mengikuti seminar”. Tentu dengan ijin seperti ini, bapak dan ibu kami
akan mudah memberikan ijin dan mengeluarkan uangnya untuk memberikan uang saku
kepada kami.
Jujur, rencana itu memang asli saya dan
teman-teman memang berencana untuk ikut dalam seminar nasional yang diadakan
oleh Universitas Negeri Malang. Karena di dalam acara seminar itu
akan diumumkan
juara sayembara cerpen yang diikuti oleh salah satu dari kami. Selain karena
hal itu, tujuan kami adalah berlibur. Berlibur memang sesuatu yang sangat
menarik dan pastinya akan meninggalkan banyak sekali kesan, tak terkecuali pada
liburan kali ini. oleh karena itu saya
akan mencoba menceritakan kesan apa saja yang timbul dari liburan kali
ini. Karena suatu saat nanti ingatan kami pasti akan lupa dengan hal ini, tapi
dengan tulisan, kenangan ini akan menjadi tetap abadi.
MULAI
Hari itu adalah hari kamis, dimana saya
masih teronggok dalam kamar dan tiba-tiba mendapatkan sebuah kiriman pesan dari
teman saya. Pesan itu berisi siapa saja yang akan ikut ke Malang dan ajakan
untuk berkumpul di belakang gerbang kampus besok pada pukul sepuluh pagi tepat.
Harapannya adalah agar kami bisa sampai di kota malang tidak terlalu malam.
Perkiraan perjalanan Solo-Malang dengan mengendarai kendaraan bermotor adalah
sekitar delapan jam. Perkiraan itu tentunya tidak ditambah dengan istirahat
atau kejadian yang lainnya. Dengan memperkirakan akan banyak istirahat, kami
akhirnya memutuskan untuk berangkat pada jam itu tadi. Saya sangat setuju
dengan jam berangkat tadi, tapi bagaimanakah kenyataannya nanti? Biarlah waktu
yang menjawab.
Jumat jam sepuluh pagi, ternyata perkiraan
saya benar. Kami tidak jadi berangkat pada pukul sepuluh pagi dengan alasan dan
kepentingan masing-masing. Akhirnya diputuskan untuk berangkat jam satu siang
setelah sholat jumat. Saya lebih senang dengan keputusan ini, karena saya bisa
menjalankan sholat jumat tanpa ada perasaan yang mengganggu. Selesai sholat
jumat saya langsung berkemas untuk segera menepati janji yakni berkumpul di
tempat yang telah dijanjikan. Setelah berpamitan dengan pemilik kos yang saya
tumpangi, akhirnya saya bergegas untuk datang kesana. Nah, setelah saya sudah
sampai disana, ternyata tidak ada satu orangpun yang berada disana. Saya
maklum, dengan hal itu. saya menunggu mereka dan mencoba mengirim pesan ke
mereka. Singkat cerita mereka semua sudah datang dan berkumpul, waktu itu
kira-kira jam dua(molor satu jam).
Kami berdoa sebelum memulai perjalanan
yang jauh ini. semoga kami diberikan keselamatan dan selamat sampai di tujuan
kami. Berangkatlah kami dengan mengendarai kendaraan masing-masing. Ada yang
berboncengan ada juga yang sendiri(baca: saya). Perjalanan kami mulai dengan menyusuri jalan Solo-Karanganyar
dengan kecepatan yang stabil. Hingga sampai di jalan menuju Tawangmangu, kami
mencoba untuk menambah kecepatan motor. Jalan yang sepi membuat kami semakin
menikmati perjalanan kali ini. Sekitar empat puluh lima menit perjalanan dari
Solo akhirnya kami sampai di jalan Tawangmangu, jalan yang menanjak dan
berkelok memberikan kenyamanan tersendiri bagi mereka (baca:teman-teman saya).
Hawa dingin khas daerah Tawangmangu memberikan kesejukan bagi motor kami yang
sedari tadi merasakan panasnya mesin mobil dan polusi. Tanjakan demi tanjakan
kami lewati, hingga akhirnya kami sampai di Magetan kota kelahiran bapak Dahlan
Iskan. Jalanan disini juga masih sepi karena tidak banyak mobil dan kendaraan
pribadi yang melintasi daerah ini. walaupun jalannya sepi dan jarang dilewati,
jalan disini mulus dan rambu-rambunya rapi. Tidak seperti jalan kota yang
sekarang banyak lobang yang menyebabkan kecelakaan bila kita tidak hati-hati.
Baru sampai di Magetan, perjalanan ini
sudah berkesan. Dari kota Magetan yang dingin, kami melanjutkan perjalanan
menuju kota selanjutnya yakni Madiun sebuah kota yang sangat khas dengan makanan
pecel pincuknya. Tapi sayang, kami tidak sempat untuk mencicipi makanan khas
tersebut. Waktu berjalan begitu cepat, tak disangka siangpun tiba kami memacu
motor dengan kecepatan tinggi, dengan tujuan bisa beristirahat di masjid di
alun-alun kota Madiun, karena salah satu dari kami berjanji akan menunggu
disana. Tapi apa mau dikata, sebuah kejadian tak terduga terjadi, bisa
dikatakan kejadian seperti ini adalah bumbu dari sebuah perjalanan. Kejadian itu
adalah ban motor kempes. Sebuah perjalanan akan kurang afdol jika tidak ada ban
kempes diantara motor kita. Untungnya adalah tukang tambal ban sudah terlihat
ada di depan. Motor segera ditambal dan kami segera melanjutkan perjalanan
kembali.
Jalanan kota Madiun yang lumayan padat di
siang hari, membuat kami harus berhati-hati dan saling mengawasi. Kami tidak
mau bila salah satu rombongan dari kami berpencar, hal itu sungguh sangat menyulitkan.
Karena kehilangan rombongan di sebuah perjalanan adalah hal yang paling tidak
di inginkan. Setelah berjalanan kira-kira satu jam, akhirnya kami sudah sampai
di masjid Baitul Agung Baitul Hakim Madiun. Masjid yang terletak di sebelah barat
alun-alun kota ini sangat indah, baik bentuknya maupun takmirnya. Kami beristirahat
sebentar disana, bayangan saya adalah masjid ini adalah masjid yang sering
digunakan untuk istirahat orang-orang yang hendak melakukan perjalanan ke Jawa
Timur. Buktinya adalah sebuah galon berisi air bersih dan siap minum selalu
tersedia dan gratis untuk para jamaah yang datang di masjid ini.
Masjid Baitul Hakim Madiun
Dari Madiun kami melanjutkan perjalanan
lagi menuju kota selanjutnya yakni Nganjuk, sebuah kota yang sangat terkenal
karena lagu dangdut yang berjudul Alun-Alun Nganjuk. Karena itu juga tujuan
kami selanjutnya adalah Alun-Alun yang katanya terkenal tersebut. Perjalanan kami
mulai sekitar pukul setengah lima sore, dengan harapan jalanan sudah sepi dan
nyaman untuk memulai sebuah perjalanan. Ternyata benar, jalanan di kota ini
sudah mulai sepi dan sinar mentari juga sudah mulai temaram. Kamipun segera
berangkat.
Setelah melakukan perjalanan sekitar satu
jam, apa yang dirasakan dari kami semua ternyata sama. Lapar. Itulah yang kami
rasakan saat itu. karena tidak mau banyak menunggu dan menghabiskan waktu,
salah satu dari kami akhirnya memutuskan untuk makan nanti saja setelah sampai
di Alun-Alun Nganjuk, karena katanya juga jaraknya sudah dekat. Kami semua
pasrah dan segera melanjutkan perjalanan yang dipimpin oleh ketua rombongan
kami. Oh iya, kami memiliki ketua rombongan yang sangat hebat dalam urusan
perjalanan darat khususnya dengan sepeda motor. Seringnya ia mengikuti touring membuatnya semakin terampil
dalam memimpin kami. Selain itu juga, motornyalah yang saya kira paling cocok
untuk memimpin perjalanan panjang ini.
Benar saja, setelah melanjutkan perjalanan
yang tentunya dengan kecepatan yang lumayan kencang, akhirnya kami sampai di
Alun-Alun Nganjuk. Dan Alhamdulillah sebuah
lapak pedagang nasi goreng kaki lima berada tepat di depan kami beristirahat. Tanpa
pikir panjang kamipun segera memesan beberapa porsi nasi goreng untuk kami
makan. Entah memang dia chef atau
kami lapar, rasa nasi goreng waktu itu sangat luar biasa. Setelah makan,
kamipun jalan-jalan mengitari alun-alun. Sayapun sempat mengabadikan sebuah
patung yang ada di lapangan alun-alun.
Patung di Alun-Alun Nganjuk
Alun-alun Nganjuk ternyata memang
benar-benar terkenal, tempatnyapun nyaman. Banyak anak-anak bermain sepakbola
di lapangannya pada malam hari. Ya memang benar, mereka bermain bola dibawah
sinar lampu merkuri yang temaram. Sungguh indah sekali dilihat.
Lama kami menikmati suasana malam di kota
Nganjuk, membuat kami lupa waktu. Padahal kami waktu itu sudah berjanji akan
sebentar saja beristirahat, karena jika terlalu banyak beristirahat dapat
dipastikan kami akan sampai di kota Malang dini hari. Kami segera berangkat
menuju kota selanjutnya. Yakni Kediri. Perjalanan dari Nganjuk ke Kediri cukup
lama, selain itu jalanan kota yang ramai dan padat karena banyak
kendaraan-kendaraan besar yang lewat membuat kami semakin lama. Kamipun sudah
mulai lelah, mata kantuk, pinggang pegal, tangan yang juga pegal membuat
perjalanan kami dari Nganjuk menuju Kediri meninggalkan banyak sekali kesan. Diantaranya
adalah sebuah kejadian yang sedikit misterius terjadi. kejadian itu dimulai
ketika kami berhenti di sebuah lampu lalu lintas. Saya yang berada di depan
sudah sangat yakin bahwa rombongan dari kami utuh dan semua ada di belakang. Setelah
lampu berubah hijau dan kami mulai berjalan, ternyata rombongan depan dan
rombongan belakang menjadi terpisah. Saya yang saat itu merasa sangat yakin
bahwa motor di belakang adalah motor teman saya menjadi sangat bingung. Saya seperti
sedang merasakan halusinasi perjalanan. Saat itu, saya yang bersama rombongan
depan tadi juga nyasar gara-gara
sebuah papan penunjuk arah yang mengisyaratkan bahwa kota Kediri belok
kanan. Saya dan rombongan depan nyasar sampai di sebuah jalan yang
sangat sepi sekali, selain karena jalan tersebut berada diantara pematang
sawah, kami melewati jalan tersebut pada pukul sebelas malam. Kami yang tidak
mau mengambil resiko, akhirnya memutuskan untuk berhenti dan menunggu rombongan
belakang. Kami berhenti di sebuah jembatan kecil yang tidak kalah ngerinya
dengan jalanan di daerah tersebut. Perasaan kami sudah kacau, batrai ponsel teman
saya yang sudah habis membuat kami berpikir untuk mengambil keputusan dengan
cepat. Ternyata benar, kami memang salah jalan. Hal itu terasa ketika jalanan
yang kami lewati sangat sepi dan tidak mengindikasikan bahwa itu adalah jalanan
kota. Kami segera bergegas untuk kembali menuju lampu lalu lintas yang
memisahkan kami tadi. Untungnya ponsel teman saya bisa nyala lagi dan kami bisa
menanyakan dimana posisi teman kami.
Perjalanan yang berbau misteri ini
akhirnya berakhir di sebuah kantor Kecamatan di daerah Kediri. Waktu yang
terlalu larut malam membuat kami sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan,
setelah melalui ijin dengan penjaga kantor tersebut, akhirnya kami
diperbolehkan untuk tidur dan bermalam di kantor tersebut. Alhamdulillah. Tempat
yang lumayan nyaman tujukan kepada kami, akan tetapi tidur saya malam itu tidak
nyenyak, saya selalu terbayang dengan kejadian yang tadi. Saya selalu ingat
dengan wajah teman saya yang berada tepat dibelakang saya tadi. Kemudian saya
bertanya langsung kepada teman saya. Ternyata. Ia sama sekali tidak melihat
saya. Saya yang semakin takut, membuat mata saya sulit terpejam walau malam
hampir berganti pagi.
Di pagi hari, kami semua terbangun setelah
mendengar suara alarm dari ponsel
teman saya. Seketika saya langsung mencari masjid terdekat dari tempat saya
berada ini. sebuah masjid di dekat pasar akhirnya saya pilih untuk menjalankan
sholat subuh, dan Subhanallah masjidnya
ramai sekali. baru kali ini saya melihat jamaah sholat subuh dihari biasa ramai
seperti ini. selain itu, jamaah masjid juga ramah kepada saya. Mereka menyapa
saya dan bertanya dari mana saya.
Selesai sholat subuh, saya segera menuju
tempat kami bermalam. Ternyata teman-teman saya sudah terbangun juga, bahkan
ada yang sudah mandi. Untuk menghemat waktu, sayapun juga bersiap untuk mandi. Saya
yang malam kemarin tidak mandi sudah merasakan efek keringat yang luar biasa. Badan
ini menjadi bau dan lemas, namun setelah saya mandi. Badan ini menjadi bersih
dan wangi. Setelah kami semua selesai mandi, kamipun segera berangkat. Kami berpamitan
kepada penjaga tempat bermalam kami, dan tak lupa kami berfoto dulu sebelum
pergi.
bukan boy band
Rencana perjalanan kami selanjutnya adalah
sampai di kota Batu. Iya, rencana kami untuk ke Universitas Negeri Malang untuk
mengikuti seminar ternyata gagal. Sebuah pesan diterima oleh teman kami yang
menyatakan bahwa acara seminar diundur sampai minggu depan. Akhirnya tujuan
kami ke kota Malang adalah seratus persen liburan. Kota batu adalah kota di
kabupaten Malang yang memiliki udara yang cukup dingin, udara yang cukup dingin
inilah yang membuat kota Batu Malang sangat terkenal dengan Apelnya. Jalanan yang
menanjak dan berkelok-kelok serta pemandangan indah di samping jalan membuat
mata saya takjub dengan ciptaan yang Maha Kuasa. Air terjun di tepi hutan,
batu-batu besar di sungai yang jernih, akar pohon yang menjuntai ke atas sungai
membuat saya ingin sekali berhenti dan berenang disana. Tapi tidak mungkin,
kami segera melanjutkan perjalana ke kota Batu yang menjadi tujuan kami saat
itu. akhirnya sampailah kita di Alun-alun kota Batu Malang, alun-alun yang
sangat berbeda dengan kota-kota lainnya. Sebuah bianglala besar menjulang keatas
dan menjadi icon kota. Sebuah patung apel dan susu fermentasi juga ada. Kamipun
segera berlari dan berfoto di sekitarnya.
patung susu fermentasi yang ada di alun-alun kota Batu Malang
bianglala raksasa yang menjadi icon alun-alun kota
Setelah cukup lama kami berada di
alun-alun kota, kamipun segera melanjutkan perjalanan dengan tujuan mensisi perut
kami. Sebuah warung sederhana kami pilih untuk kami jadikan tempat makan waktu
itu. sebuah warung yang nampaknya sederhana ternyata menyediakan makanan yang
luar biasa banyaknya. Kami sangat puas makan disana, bahkan siangnya setelah
kami keliling kota Malang kami juga makan lagi disana. Perjalanan kami waktu
siang adalah menuju Universitas Malang, sayapun sempat mengambil gambar
masjidnya.
foto masjid Universitas Malang dan beberapa Mahasiswa yang sedang OSPEK
Setelah sholat dan beristirahat di masjid
tersebut kamipun segera bergegas untuk menuju alun-alun kota Malang. Sebuah icon
kota yang sangat terkenal dengan tugu yang juga sangat terkenal sekali. letak
alun-alun kota Malang yakni berada tepat di depan kantor bupati dan di seberang
SMA N 1 Malang yang terkenal itu. kamipun puas sudah bisa berada di alun-alun
ini. Selain karena kami akhirnya sampai di kota Malang, kamipun merasa senang
bisa liburang di kota Malang. Tanpa berpikir panjang, motor kami segera
parkirkan ke sebuah gedung yang saya tak sempat mengetahui apa nama gedungnya. Berikut
adalah penampakan kami semua.
semua ada kecuali saya
bonus bule juga
Setelah sore hari, kamipun segera
melanjutkan perjalanan lagi ke masjid Agung Malang. Setelah kami sampai dan
memarkirkan kendaraan, terlihat sebuah jajanan menawan yang menjadi khas kota
Malang yakni Bakso Malang. Saya yang sangat ingin mencoba makan Bakso Malang di
kota asalnya ini langsung memesan satu porsi dan teman-teman saya lainnyapun
juga memesan. Kami makan makanan itu apa adanya, dan simpulannya bakso yang
berada di depan masjid Agung Malang ini rasanya sama sekali berbeda dengan
bakso Malang yang jualan di kampus saya, rasanya adalah tidak enak. Dan satu
lagi yang membuat saya miris dan sedikit menangis, penjualnya sama sekali tidak
kasihan dengan pendatang, ia menjual satu porsi bakso dengan harga yang lumayan
fantastis yakni RP 12.000 per porsi, cukup mahal untuk sebuah bakso kelas kaki
lima. Yang saya sangat iri kepada pedagangnya adalah ada seorang yang sedang
membayar dan ternyata harganya beda. Tega sekali penjual tersebut, dan yang
mengejutkan lagi adalah penjual es degan di sampingnya juga ikut menaikkan
harga dagangannya yakni menjadi RP 6.000 per gelas. ANJ*NG. Saya akui, saya
memang salah saat itu, seharusnya saya menggunakan tips seorang backpacker ketika hendak makan di
warung, tipsnya yakni bertanya harga dahulu sebelum memesan. Hal ini bisa
menjadi pertimbangan kita apakah kita mampu untuk membeli makanan tersebut atau
tidak, selain itu tips ini juga mampu menggagalkan penjual yang ingin menaikkan
harga gila-gilaan kepada pendatang.
masjid Agung kota Malang
salah satu dari pedagang inilah yang saya maksud tadi
Setelah kami makan dengan harga yang
mengerikan tadi, kami beristirahat didalam masjid. Kami beristirahat sampai
menjelang maghrib. Kami memang sengaja untuk beristirahat lama guna
mengembalikan tenaga sekaligus menanti malam tiba. Rencana kami selanjutnya
adalah mengunjungi tempat hiburan atau wahana yang terkenal itu, yakni BNS atau
singkatan dari Batu Nigt Spectacular kenapa
namanya pakai bahasa asing ya? Itulah yang membuat saya juga bingung. Nama asing
sering dipilih karena kesannya lebihbermarketing. Yang sangat saya sayangkan
adalah ponsel saya kehabisan daya dan akhirnya saya tidak sempat mengabadikan
gambar saat berada disana, tapi bagi saya cukup tulisan dan kenangan ini saja
yang tidak akan ku lupa. Nampaknya tulisan ini sudah berada di titik paling
akhir. Saya menulis sebagai kenangan yang semoga tidak akan terlupakan seiring
berganti jaman. Saya mempublikasikan tulisan ini dengan harapan semoga tulisan
ini mampu menjadi kenangan di suatu saat nanti, daripada tersimpan di komputer
pribadi. Maafkan saya apabila ada kesalahan dalam bercerita. Salam, INDRASTOMO
KLATEN 20 JULI 2013
FOTO TAMBAHAN
Minor correction..
ReplyDeleteKota Batu a/ sebuah wilayah administratif sendiri yg terpisah dari Kabupaten Malang terhitung sejak 2002
Secara sosio - kultural emang Batu ~ Malang but secara administratif otonom mereka independen
Saya juga pernah ke Batu Malang dari Kota Bogor mengunakan motor berdua dengan istri
ReplyDeleteMantab
ReplyDeleteTerakhir ke malang tahun 2018
ReplyDeleteNaek motor sendiri
berangkat jam setengah 9 pagi,sampai pasar lawang sekitar jam 3 sore...
bulan agustus thun ini sih pngin kesana lagi