Friday, 19 July 2013

PERJALANAN DARI SOLO MENUJU MALANG



TOURING MALANG
(Perjalanan Darat Mahasiswa dari Solo Menuju Malang)




Ini adalah kisah pengalaman Touring pertama saya yang paling jauh. Malang, sebuah kota di Jawa Timur yang menjanjikan suasana kota yang dingin dan penduduknya yang ramah. Perjalanan ini dimulai dengan persiapam yang sangat mendadak. Bersama teman-teman saya, kami merencanakan perjalanan ini dengan tujuan akan mengikuti seminar. Ya seminar, karena kami waktu itu adalah segerombolan remaja yang memiliki status mahasiswa (masih) baru. Karena baru semester tiga, umumnya mahasiswa pada semester ini masih idealis dan menggebu-gebu dalam belajar. Ya saya juga seperti itu. akhirnya rencana itu sudah matang. Kami akan berangkat dengan ijin kepada bapak dan ibu “Akan mengikuti seminar”. Tentu dengan ijin seperti ini, bapak dan ibu kami akan mudah memberikan ijin dan mengeluarkan uangnya untuk memberikan uang saku kepada kami.
Jujur, rencana itu memang asli saya dan teman-teman memang berencana untuk ikut dalam seminar nasional yang diadakan oleh Universitas Negeri Malang. Karena di dalam acara seminar itu
akan diumumkan juara sayembara cerpen yang diikuti oleh salah satu dari kami. Selain karena hal itu, tujuan kami adalah berlibur. Berlibur memang sesuatu yang sangat menarik dan pastinya akan meninggalkan banyak sekali kesan, tak terkecuali pada liburan kali ini. oleh karena itu saya  akan mencoba menceritakan kesan apa saja yang timbul dari liburan kali ini. Karena suatu saat nanti ingatan kami pasti akan lupa dengan hal ini, tapi dengan tulisan, kenangan ini akan menjadi tetap abadi.

MULAI
Hari itu adalah hari kamis, dimana saya masih teronggok dalam kamar dan tiba-tiba mendapatkan sebuah kiriman pesan dari teman saya. Pesan itu berisi siapa saja yang akan ikut ke Malang dan ajakan untuk berkumpul di belakang gerbang kampus besok pada pukul sepuluh pagi tepat. Harapannya adalah agar kami bisa sampai di kota malang tidak terlalu malam. Perkiraan perjalanan Solo-Malang dengan mengendarai kendaraan bermotor adalah sekitar delapan jam. Perkiraan itu tentunya tidak ditambah dengan istirahat atau kejadian yang lainnya. Dengan memperkirakan akan banyak istirahat, kami akhirnya memutuskan untuk berangkat pada jam itu tadi. Saya sangat setuju dengan jam berangkat tadi, tapi bagaimanakah kenyataannya nanti? Biarlah waktu yang menjawab.
Jumat jam sepuluh pagi, ternyata perkiraan saya benar. Kami tidak jadi berangkat pada pukul sepuluh pagi dengan alasan dan kepentingan masing-masing. Akhirnya diputuskan untuk berangkat jam satu siang setelah sholat jumat. Saya lebih senang dengan keputusan ini, karena saya bisa menjalankan sholat jumat tanpa ada perasaan yang mengganggu. Selesai sholat jumat saya langsung berkemas untuk segera menepati janji yakni berkumpul di tempat yang telah dijanjikan. Setelah berpamitan dengan pemilik kos yang saya tumpangi, akhirnya saya bergegas untuk datang kesana. Nah, setelah saya sudah sampai disana, ternyata tidak ada satu orangpun yang berada disana. Saya maklum, dengan hal itu. saya menunggu mereka dan mencoba mengirim pesan ke mereka. Singkat cerita mereka semua sudah datang dan berkumpul, waktu itu kira-kira jam dua(molor satu jam).
Kami berdoa sebelum memulai perjalanan yang jauh ini. semoga kami diberikan keselamatan dan selamat sampai di tujuan kami. Berangkatlah kami dengan mengendarai kendaraan masing-masing. Ada yang berboncengan ada juga yang sendiri(baca: saya). Perjalanan kami  mulai dengan menyusuri jalan Solo-Karanganyar dengan kecepatan yang stabil. Hingga sampai di jalan menuju Tawangmangu, kami mencoba untuk menambah kecepatan motor. Jalan yang sepi membuat kami semakin menikmati perjalanan kali ini. Sekitar empat puluh lima menit perjalanan dari Solo akhirnya kami sampai di jalan Tawangmangu, jalan yang menanjak dan berkelok memberikan kenyamanan tersendiri bagi mereka (baca:teman-teman saya). Hawa dingin khas daerah Tawangmangu memberikan kesejukan bagi motor kami yang sedari tadi merasakan panasnya mesin mobil dan polusi. Tanjakan demi tanjakan kami lewati, hingga akhirnya kami sampai di Magetan kota kelahiran bapak Dahlan Iskan. Jalanan disini juga masih sepi karena tidak banyak mobil dan kendaraan pribadi yang melintasi daerah ini. walaupun jalannya sepi dan jarang dilewati, jalan disini mulus dan rambu-rambunya rapi. Tidak seperti jalan kota yang sekarang banyak lobang yang menyebabkan kecelakaan bila kita tidak hati-hati.
Baru sampai di Magetan, perjalanan ini sudah berkesan. Dari kota Magetan yang dingin, kami melanjutkan perjalanan menuju kota selanjutnya yakni Madiun sebuah kota yang sangat khas dengan makanan pecel pincuknya. Tapi sayang, kami tidak sempat untuk mencicipi makanan khas tersebut. Waktu berjalan begitu cepat, tak disangka siangpun tiba kami memacu motor dengan kecepatan tinggi, dengan tujuan bisa beristirahat di masjid di alun-alun kota Madiun, karena salah satu dari kami berjanji akan menunggu disana. Tapi apa mau dikata, sebuah kejadian tak terduga terjadi, bisa dikatakan kejadian seperti ini adalah bumbu dari sebuah perjalanan. Kejadian itu adalah ban motor kempes. Sebuah perjalanan akan kurang afdol jika tidak ada ban kempes diantara motor kita. Untungnya adalah tukang tambal ban sudah terlihat ada di depan. Motor segera ditambal dan kami segera melanjutkan perjalanan kembali.
Jalanan kota Madiun yang lumayan padat di siang hari, membuat kami harus berhati-hati dan saling mengawasi. Kami tidak mau bila salah satu rombongan dari kami berpencar, hal itu sungguh sangat menyulitkan. Karena kehilangan rombongan di sebuah perjalanan adalah hal yang paling tidak di inginkan. Setelah berjalanan kira-kira satu jam, akhirnya kami sudah sampai di masjid Baitul Agung Baitul Hakim Madiun. Masjid yang terletak di sebelah barat alun-alun kota ini sangat indah, baik bentuknya maupun takmirnya. Kami beristirahat sebentar disana, bayangan saya adalah masjid ini adalah masjid yang sering digunakan untuk istirahat orang-orang yang hendak melakukan perjalanan ke Jawa Timur. Buktinya adalah sebuah galon berisi air bersih dan siap minum selalu tersedia dan gratis untuk para jamaah yang datang di masjid ini. 
 Masjid Baitul Hakim Madiun


Dari Madiun kami melanjutkan perjalanan lagi menuju kota selanjutnya yakni Nganjuk, sebuah kota yang sangat terkenal karena lagu dangdut yang berjudul Alun-Alun Nganjuk. Karena itu juga tujuan kami selanjutnya adalah Alun-Alun yang katanya terkenal tersebut. Perjalanan kami mulai sekitar pukul setengah lima sore, dengan harapan jalanan sudah sepi dan nyaman untuk memulai sebuah perjalanan. Ternyata benar, jalanan di kota ini sudah mulai sepi dan sinar mentari juga sudah mulai temaram. Kamipun segera berangkat.
Setelah melakukan perjalanan sekitar satu jam, apa yang dirasakan dari kami semua ternyata sama. Lapar. Itulah yang kami rasakan saat itu. karena tidak mau banyak menunggu dan menghabiskan waktu, salah satu dari kami akhirnya memutuskan untuk makan nanti saja setelah sampai di Alun-Alun Nganjuk, karena katanya juga jaraknya sudah dekat. Kami semua pasrah dan segera melanjutkan perjalanan yang dipimpin oleh ketua rombongan kami. Oh iya, kami memiliki ketua rombongan yang sangat hebat dalam urusan perjalanan darat khususnya dengan sepeda motor. Seringnya ia mengikuti touring membuatnya semakin terampil dalam memimpin kami. Selain itu juga, motornyalah yang saya kira paling cocok untuk memimpin perjalanan panjang ini.
Benar saja, setelah melanjutkan perjalanan yang tentunya dengan kecepatan yang lumayan kencang, akhirnya kami sampai di Alun-Alun Nganjuk. Dan Alhamdulillah sebuah lapak pedagang nasi goreng kaki lima berada tepat di depan kami beristirahat. Tanpa pikir panjang kamipun segera memesan beberapa porsi nasi goreng untuk kami makan. Entah memang dia chef atau kami lapar, rasa nasi goreng waktu itu sangat luar biasa. Setelah makan, kamipun jalan-jalan mengitari alun-alun. Sayapun sempat mengabadikan sebuah patung yang ada di lapangan alun-alun.

Patung di Alun-Alun Nganjuk
Alun-alun Nganjuk ternyata memang benar-benar terkenal, tempatnyapun nyaman. Banyak anak-anak bermain sepakbola di lapangannya pada malam hari. Ya memang benar, mereka bermain bola dibawah sinar lampu merkuri yang temaram. Sungguh indah sekali dilihat.
Lama kami menikmati suasana malam di kota Nganjuk, membuat kami lupa waktu. Padahal kami waktu itu sudah berjanji akan sebentar saja beristirahat, karena jika terlalu banyak beristirahat dapat dipastikan kami akan sampai di kota Malang dini hari. Kami segera berangkat menuju kota selanjutnya. Yakni Kediri. Perjalanan dari Nganjuk ke Kediri cukup lama, selain itu jalanan kota yang ramai dan padat karena banyak kendaraan-kendaraan besar yang lewat membuat kami semakin lama. Kamipun sudah mulai lelah, mata kantuk, pinggang pegal, tangan yang juga pegal membuat perjalanan kami dari Nganjuk menuju Kediri meninggalkan banyak sekali kesan. Diantaranya adalah sebuah kejadian yang sedikit misterius terjadi. kejadian itu dimulai ketika kami berhenti di sebuah lampu lalu lintas. Saya yang berada di depan sudah sangat yakin bahwa rombongan dari kami utuh dan semua ada di belakang. Setelah lampu berubah hijau dan kami mulai berjalan, ternyata rombongan depan dan rombongan belakang menjadi terpisah. Saya yang saat itu merasa sangat yakin bahwa motor di belakang adalah motor teman saya menjadi sangat bingung. Saya seperti sedang merasakan halusinasi perjalanan. Saat itu, saya yang bersama rombongan depan tadi juga nyasar gara-gara sebuah papan penunjuk arah yang mengisyaratkan bahwa kota Kediri belok kanan.  Saya dan rombongan depan nyasar sampai di sebuah jalan yang sangat sepi sekali, selain karena jalan tersebut berada diantara pematang sawah, kami melewati jalan tersebut pada pukul sebelas malam. Kami yang tidak mau mengambil resiko, akhirnya memutuskan untuk berhenti dan menunggu rombongan belakang. Kami berhenti di sebuah jembatan kecil yang tidak kalah ngerinya dengan jalanan di daerah tersebut. Perasaan kami sudah kacau, batrai ponsel teman saya yang sudah habis membuat kami berpikir untuk mengambil keputusan dengan cepat. Ternyata benar, kami memang salah jalan. Hal itu terasa ketika jalanan yang kami lewati sangat sepi dan tidak mengindikasikan bahwa itu adalah jalanan kota. Kami segera bergegas untuk kembali menuju lampu lalu lintas yang memisahkan kami tadi. Untungnya ponsel teman saya bisa nyala lagi dan kami bisa menanyakan dimana posisi teman kami.
Perjalanan yang berbau misteri ini akhirnya berakhir di sebuah kantor Kecamatan di daerah Kediri. Waktu yang terlalu larut malam membuat kami sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan, setelah melalui ijin dengan penjaga kantor tersebut, akhirnya kami diperbolehkan untuk tidur dan bermalam di kantor tersebut. Alhamdulillah. Tempat yang lumayan nyaman tujukan kepada kami, akan tetapi tidur saya malam itu tidak nyenyak, saya selalu terbayang dengan kejadian yang tadi. Saya selalu ingat dengan wajah teman saya yang berada tepat dibelakang saya tadi. Kemudian saya bertanya langsung kepada teman saya. Ternyata. Ia sama sekali tidak melihat saya. Saya yang semakin takut, membuat mata saya sulit terpejam walau malam hampir berganti pagi.
Di pagi hari, kami semua terbangun setelah mendengar suara alarm dari ponsel teman saya. Seketika saya langsung mencari masjid terdekat dari tempat saya berada ini. sebuah masjid di dekat pasar akhirnya saya pilih untuk menjalankan sholat subuh, dan Subhanallah masjidnya ramai sekali. baru kali ini saya melihat jamaah sholat subuh dihari biasa ramai seperti ini. selain itu, jamaah masjid juga ramah kepada saya. Mereka menyapa saya dan bertanya dari mana saya.
Selesai sholat subuh, saya segera menuju tempat kami bermalam. Ternyata teman-teman saya sudah terbangun juga, bahkan ada yang sudah mandi. Untuk menghemat waktu, sayapun juga bersiap untuk mandi. Saya yang malam kemarin tidak mandi sudah merasakan efek keringat yang luar biasa. Badan ini menjadi bau dan lemas, namun setelah saya mandi. Badan ini menjadi bersih dan wangi. Setelah kami semua selesai mandi, kamipun segera berangkat. Kami berpamitan kepada penjaga tempat bermalam kami, dan tak lupa kami berfoto dulu sebelum pergi.
bukan boy band

Rencana perjalanan kami selanjutnya adalah sampai di kota Batu. Iya, rencana kami untuk ke Universitas Negeri Malang untuk mengikuti seminar ternyata gagal. Sebuah pesan diterima oleh teman kami yang menyatakan bahwa acara seminar diundur sampai minggu depan. Akhirnya tujuan kami ke kota Malang adalah seratus persen liburan. Kota batu adalah kota di kabupaten Malang yang memiliki udara yang cukup dingin, udara yang cukup dingin inilah yang membuat kota Batu Malang sangat terkenal dengan Apelnya. Jalanan yang menanjak dan berkelok-kelok serta pemandangan indah di samping jalan membuat mata saya takjub dengan ciptaan yang Maha Kuasa. Air terjun di tepi hutan, batu-batu besar di sungai yang jernih, akar pohon yang menjuntai ke atas sungai membuat saya ingin sekali berhenti dan berenang disana. Tapi tidak mungkin, kami segera melanjutkan perjalana ke kota Batu yang menjadi tujuan kami saat itu. akhirnya sampailah kita di Alun-alun kota Batu Malang, alun-alun yang sangat berbeda dengan kota-kota lainnya. Sebuah bianglala besar menjulang keatas dan menjadi icon kota. Sebuah patung apel dan susu fermentasi juga ada. Kamipun segera berlari dan berfoto di sekitarnya. 

 patung susu fermentasi yang ada di alun-alun kota Batu Malang

bianglala raksasa yang menjadi icon alun-alun kota

Setelah cukup lama kami berada di alun-alun kota, kamipun segera melanjutkan perjalanan dengan tujuan mensisi perut kami. Sebuah warung sederhana kami pilih untuk kami jadikan tempat makan waktu itu. sebuah warung yang nampaknya sederhana ternyata menyediakan makanan yang luar biasa banyaknya. Kami sangat puas makan disana, bahkan siangnya setelah kami keliling kota Malang kami juga makan lagi disana. Perjalanan kami waktu siang adalah menuju Universitas Malang, sayapun sempat mengambil gambar masjidnya.

foto masjid Universitas Malang dan beberapa Mahasiswa yang sedang OSPEK

Setelah sholat dan beristirahat di masjid tersebut kamipun segera bergegas untuk menuju alun-alun kota Malang. Sebuah icon kota yang sangat terkenal dengan tugu yang juga sangat terkenal sekali. letak alun-alun kota Malang yakni berada tepat di depan kantor bupati dan di seberang SMA N 1 Malang yang terkenal itu. kamipun puas sudah bisa berada di alun-alun ini. Selain karena kami akhirnya sampai di kota Malang, kamipun merasa senang bisa liburang di kota Malang. Tanpa berpikir panjang, motor kami segera parkirkan ke sebuah gedung yang saya tak sempat mengetahui apa nama gedungnya. Berikut adalah penampakan kami semua.
 
semua ada kecuali saya


bonus bule juga

Setelah sore hari, kamipun segera melanjutkan perjalanan lagi ke masjid Agung Malang. Setelah kami sampai dan memarkirkan kendaraan, terlihat sebuah jajanan menawan yang menjadi khas kota Malang yakni Bakso Malang. Saya yang sangat ingin mencoba makan Bakso Malang di kota asalnya ini langsung memesan satu porsi dan teman-teman saya lainnyapun juga memesan. Kami makan makanan itu apa adanya, dan simpulannya bakso yang berada di depan masjid Agung Malang ini rasanya sama sekali berbeda dengan bakso Malang yang jualan di kampus saya, rasanya adalah tidak enak. Dan satu lagi yang membuat saya miris dan sedikit menangis, penjualnya sama sekali tidak kasihan dengan pendatang, ia menjual satu porsi bakso dengan harga yang lumayan fantastis yakni RP 12.000 per porsi, cukup mahal untuk sebuah bakso kelas kaki lima. Yang saya sangat iri kepada pedagangnya adalah ada seorang yang sedang membayar dan ternyata harganya beda. Tega sekali penjual tersebut, dan yang mengejutkan lagi adalah penjual es degan di sampingnya juga ikut menaikkan harga dagangannya yakni menjadi RP 6.000 per gelas. ANJ*NG. Saya akui, saya memang salah saat itu, seharusnya saya menggunakan tips seorang backpacker ketika hendak makan di warung, tipsnya yakni bertanya harga dahulu sebelum memesan. Hal ini bisa menjadi pertimbangan kita apakah kita mampu untuk membeli makanan tersebut atau tidak, selain itu tips ini juga mampu menggagalkan penjual yang ingin menaikkan harga gila-gilaan kepada pendatang.

masjid Agung kota Malang

salah satu dari pedagang inilah yang saya maksud tadi

Setelah kami makan dengan harga yang mengerikan tadi, kami beristirahat didalam masjid. Kami beristirahat sampai menjelang maghrib. Kami memang sengaja untuk beristirahat lama guna mengembalikan tenaga sekaligus menanti malam tiba. Rencana kami selanjutnya adalah mengunjungi tempat hiburan atau wahana yang terkenal itu, yakni BNS atau singkatan dari Batu Nigt Spectacular kenapa namanya pakai bahasa asing ya? Itulah yang membuat saya juga bingung. Nama asing sering dipilih karena kesannya lebihbermarketing. Yang sangat saya sayangkan adalah ponsel saya kehabisan daya dan akhirnya saya tidak sempat mengabadikan gambar saat berada disana, tapi bagi saya cukup tulisan dan kenangan ini saja yang tidak akan ku lupa. Nampaknya tulisan ini sudah berada di titik paling akhir. Saya menulis sebagai kenangan yang semoga tidak akan terlupakan seiring berganti jaman. Saya mempublikasikan tulisan ini dengan harapan semoga tulisan ini mampu menjadi kenangan di suatu saat nanti, daripada tersimpan di komputer pribadi. Maafkan saya apabila ada kesalahan dalam bercerita. Salam, INDRASTOMO

KLATEN 20 JULI 2013
 
FOTO TAMBAHAN
 
 

4 comments:

  1. Minor correction..
    Kota Batu a/ sebuah wilayah administratif sendiri yg terpisah dari Kabupaten Malang terhitung sejak 2002
    Secara sosio - kultural emang Batu ~ Malang but secara administratif otonom mereka independen

    ReplyDelete
  2. Saya juga pernah ke Batu Malang dari Kota Bogor mengunakan motor berdua dengan istri

    ReplyDelete
  3. Terakhir ke malang tahun 2018
    Naek motor sendiri
    berangkat jam setengah 9 pagi,sampai pasar lawang sekitar jam 3 sore...

    bulan agustus thun ini sih pngin kesana lagi

    ReplyDelete